Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Masyarakat masih ada yang menyaksikan proses gerhana matahari total ataupun parsial dengan alat bantu seadanya, seperti kacamata hitam atau klise sinar-X hasil roentgen. Direktur Medik Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo di Bandung, Iwan Sovani, menyarankan pengamat seperti itu mengistirahatkan mata setelah menyaksikan gerhana.
“Untuk memastikan ada-tidaknya kerusakan mata, yang bersangkutan perlu periksa ke dokter,” kata Iwan, Rabu, 9 Maret 2016.
Di dunia medis, gangguan penglihatan yang muncul disebut solar eclipse retinopathy. Kondisi itu dapat timbul tanpa nyeri dan tidak langsung terasa. Keluhan penglihatan dapat timbul dalam jangka waktu 1-30 hari setelah menyaksikan proses gerhana matahari. Ada mata pasien yang pulih sendiri. Dan mayoritas kasus berdasarkan hasil riset, ketajaman penglihatan bisa kembali normal dengan membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Beberapa gejala yang muncul berdasarkan pengamatan pada pasien sebelumnya adalah penglihatan menjadi buram atau terdapat bayangan hitam yang menutupi pandangan (skotoma). Selain itu, bisa ada gangguan penglihatan warna, silau, sakit kepala, melihat garis lurus seperti bengkok, dan melihat benda menjadi lebih besar atau kecil. Umumnya, keluhan seperti itu terjadi pada kedua mata. “Sebagian kerusakan ada yang menjadi permanen,” ucap Iwan.
Untuk memulihkannya, menurut dia, tidak ada terapi yang efektif. Obat seperti jenis kortikosteroid oral atau tetes kadang digunakan untuk fase akut, tapi efek sampingnya banyak. Vitamin dan antioksidan juga dapat dikonsumsi, meskipun efeknya tidak terlalu signifikan.
Di beberapa tempat, seperti Jakarta, Bandung, Ternate, dan Papua, warga ada yang menyaksikan proses gerhana matahari total ataupun parsial dengan kacamata hitam biasa, hasil roentgen, atau pantulan di air baskom. Menurut tim vitreoretinal rumah sakit tersebut, kacamata hitam biasa tidak memiliki filter sinar ultraviolet dan sinar infrared yang sesuai untuk pengamatan gerhana matahari.
Cara mengamati dengan melihat pantulan gerhana di air baskom, klise film, klise roentgen, atau air pewarna dalam botol pun dinilai tim tidak aman. Adapun pengamat yang memakai kacamata khusus dengan filter sinar matahari, menurut tim, masih berisiko jika alatnya dipakai selama dua menit lebih secara kontinyu.
ANWAR SISWADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini