Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Epidemiolog Anggap Riset Vaksin TBC yang Didukung Bill Gates Kurang Komunikasi ke Publik

Masyarakat yang terlibat sebagai partisipan riset vaksin harus dipastikan tidak mengalami kerugian dan kehilangan hak.

11 Mei 2025 | 10.51 WIB

Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Pendiri Microsoft dan yayasan The Gates Foundation Bill Gates, di Istana Merdeka, Jakarta, 7 Mei 2025. Tempo/Imam Sukamto
Perbesar
Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Pendiri Microsoft dan yayasan The Gates Foundation Bill Gates, di Istana Merdeka, Jakarta, 7 Mei 2025. Tempo/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan komunikasi pemerintah kepada publik perihal riset vaksin tuberkulosis (TBC) di Indonesia masih kurang. Ini menimbulkan salah paham, apalagi ketika Bill Gates melalui Gates Foundation ingin membantu riset melalui pendanaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Istilah vaksin Bill Gates ini juga akhirnya muncul dan itu sebetulnya tidak tepat atau cenderung salah,” ujarnya saat dihubungi pada Sabtu, 10 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dicky mengatakan Bill Gates sedari awal tidak terlibat dalam riset ini. Keterlibatan pendiri Microsoft itu ketika membantu proyek ini dalam fase ketiga yang memerlukan dana besar.

Pengujian vaksin TBC, kata Dicky, juga dilakukan di negara berkembang dan miskin seperti Asia dan Afrika karena memiliki kasus penyakit TBC terbanyak daripada negara maju. Pengujian tahap satu dan dua kemungkinan bisa diterapkan di negara maju, namun kemampuan sebenarnya mesti diuji di wilayah yang memiliki lebih banyak kasus.

Menurutnya, pertimbangan sains seperti ini harus dijelaskan terus oleh pemerintah kepada publik. “Ini riset biologis yang strategis yang harus dijelaskan kepada publik dengan cara metode komunikasi risiko yang baik,” tuturnya.

Dicky menegaskan, keuntungan dan kerugian uji coba vaksin ini juga perlu disampaikan dan tidak boleh selalu diklaim aman, apalagi masyarakat Indonesia memiliki latar belakang etnis dan komorbid yang berbeda-beda.

Dia mengatakan masyarakat yang terlibat sebagai partisipan riset vaksin harus dipastikan tidak mengalami kerugian dan kehilangan hak. Selain itu, tetap ada kompensasi dan proteksi yang diberikan melalui pemantauan selama tiga hingga empat tahun ke depan, yang disertai pelayanan, asuransi, dan lain-lain pasca-uji coba.

“Semua uji coba tetap memiliki risiko, sekecil apa pun, tidak ada nol risiko dan itu yang harus dikelola, dimitigasi ketat,” kata Dicky.

Selain itu, kata Dicky, Indonesia harus dipastikan mendapatkan prioritas ketika vaksin TBC ini selesai diuji dan kemudian dijual. Jangan sampai di kemudian hari Indonesia justru mendapat akses vaksin belakangan atau harus membeli dengan harga mahal.

Keuntungan lainnya adalah Indonesia harus dipastikan mendapat keistimewaaan seperti hibah atau transfer teknologi. “Kita punya Bio Farma, itulah yang harus kita ajukan untuk menjadi mitra transfer teknologi,” ucapnya.

Menurut Dicky, uji coba vaksin TBC yang memasuki tahap tiga ini memiliki kecenderungan keberhasilan lebih besar. Aspek keamanan sudah dipastikan aman. Efek samping hingga menyebabkan kematian atau kelumpuhan juga sudah dipastikan lewat dari fase ini. Namun, persentase efikasi melawan penyakitnya belum diketahui.

Sebagaimana diketahui, uji klinis fase ketiga ini dilakukan untuk vaksin TBC M72. Sebanyak 2.095 partisipan dari kelompok usia remaja dan dewasa sudah direkrut untuk berpartisipasi dalam studi yang juga dilaksanakan di Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.

Total partisipan uji klinik fase ketiga berjumlah 20.081 orang dari lima negara. Jumlah dari Afrika sebanyak 13.071 partisipan, diikuti Kenya (3.579), Indonesia (2.095), Zambia (889), dan Malawi (447).

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman mengatakan pengembangan vaksin ini didukung oleh Gates Foundation dan diharapkan seluruh rangkaian uji klinis selesai pada akhir tahun 2028.

Seluruh pelaksanaan uji klinis vaksin M72 di Indonesia diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global.

“Uji klinik merupakan tahapan krusial dalam proses pengembangan vaksin untuk memastikan keamanan, efektivitas, serta mengidentifikasi potensi efek samping sebelum digunakan oleh masyarakat,” ucapnya pada Kamis, 8 Mei 2025.

Gates Foundation sendiri telah mendukung Indonesia melalui pendanaan lebih dari US$ 300 juta dalam bentuk hibah sejak 2009. Dana itu untuk sektor kesehatan, sanitasi, gizi, inklusi keuangan, dan pertanian. Salah satu dukungan adalah akses vaksin polio untuk ratusan juta orang di lebih dari 100 negara.

Kandidat vaksin TBC M72 dikembangkan perusahaan biofarmasi multinasional GlaxoSmithKline sejak 2004. Vaksin tersebut juga sudah melalui uji pada hewan seperti tikus, kelinci, kera, dan akhirnya pada manusia.

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus