Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menangani pasien kelas berat demam berdarah dengue atau DBD. Menurut keterangan dokter Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis RSHS Bandung Anggraini Alam, jumlah kasus pasien mengalami peningkatan di ruang rawat inap. “Sebagian besar pasien bisa diselamatkan, namun kematian tetap ada dalam tiga bulan terakhir sekitar 5 persen,” katanya, Senin 25 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada hari Senin, menurutnya, ada sebelas pasien yang dirawat. Sesuai posisi RSHS Bandung sebagai salah satu rumah sakit rujukan tertinggi di Jawa Barat, pasien DBD yang dirawat kondisinya tergolong berat. “Bisa berupa shock berkepanjangan, perdarahan dari hidung, saluran cerna, kejang-kejang, tidak sadar, dan bisa kena ginjalnya,” ujar Anggraini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, kasus DBD yang sudah amat berat dan terlambat ditangani, angka kematiannya bisa 50:50. Kasus kematian DBD didominasi atau mencapai 75 persen pada kalangan anak-anak dari usia 0 sampai 14 tahun. Adapun angka kejadiannya 50 persen. Selebihnya kasus DBD pada anak usia 15 tahun hingga kalangan dewasa berusia 44 tahun. “Dengue di Indonesia adalah penyakit untuk orang muda,” kata Anggraini.
Selain itu, ada beberapa kelompok usia yang harus waspada terhadap DBD, yaitu bayi, orang lanjut usia, anak-anak gemuk yang punya obesitas. Kemudian orang yang punya penyakit penyerta atau komorbid seperti pada kasus Covid-19, yaitu ada kelainan pada ginjal, paru-paru, jantung, darah, atau pasien yang minum obat-obatan dalam jangka panjang.
Sebelumnya diberitakan jumlah DBD di Jawa Barat hingga 8 Maret 2024 telah mencapai 7.654 kasus. Daerah dengan kasus tertinggi adalah Kota Bogor sebanyak 800 kasus, kemudian Kabupaten Bandung Barat juga 800 kasus, dan Kabupaten Subang 700 kasus. “Jumlah angka kematian sebanyak 71 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jabar Vini Adiani Dewi lewat laman pemerintah provinsi Jawa Barat, Sabtu 9 Maret 2024.
Banyaknya kasus DBD yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti itu, menurut Vini, akibat perubahan cuaca. Perkembangbiakan nyamuk juga didukung oleh faktor lingkungan yang kurang baik. Jalan utama yang harus dilakukan untuk pencegahan adalah dengan membuat lingkungan lebih bersih dan rapi, selain penanganan yang lainnya.
Upaya pencegahan DBD dengan menabur serbuk abate atau pengasapan dinilainya baik, tetapi yang utama adalah dengan cara 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang, juga menanam ikan di kolam-kolam, menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavender, sereh dan lain-lain, atau menggunakan obat penangkal nyamuk di badan.
Imbauan tersebut kata Vini sudah dibuat lewat surat edaran ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota sejak Desember 2023 untuk disebarluaskan ke masyarakat. Dinas Kesehatan Jawa Barat juga melakukan pemutakhiran keilmuan untuk para dokter tentang perkembangan kasus demam berdarah, terkait tanda bahaya, ciri-ciri dan penanganannya.
CATATAN:
Artikel ini telah diperbarui pada Selasa, 26 Maret 2024, pukul 10.50 WIB, untuk meralat judul terkait persentasi pasien demam berdarah. Terima kasih.