Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi mahasiswa IPB, pepatah habis manis sepah dibuang tak selamanya berlaku. Oleh sekelompok kecil mahasiswa, yang benar adalah habis manis, sepahnya dimanfaat jadi tas jinjing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tebu yang diperas, dan hanya diambil manisnya oleh pabrik gula, meninggalkan ampas yang hanya menjadi limbah dari sisa pengolahan pabrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selama ini, sebagian ampas tebu, 35-40 persen dijadikan bahan bakar industri, sebagiannya lagi dibuang menjadi limbah. Dari hanya tumpukan limbah tersebut, tim mahasiswa IPB berhasil mengubah ampas tebu menjadi tas jinjing yang punya nilai ekonomis. S
Pabrik selama ini beralasan tidak dapat mengelola limbah yang dihasilkan mengingat hanya beberapa bagian yang dapat diolah untuk bahan bakar.
"Sehingga ampas tebu belum terkelola dengan baik sepenuhnya dan belum memiliki nilai ekonomi yang baik,” ungkap Ketua Tim, Depicha Zambustya Zamborita dikutip dari laman resmi IPB pada 6 September 2021.
Inovasi tas jinjing dari ampas tebu ini masuk dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan atau PKM-K. Inovasi dinilai sebagai produk ramah lingkungan dan dapat menggantikan penggunaan plastik kresek.
Depicha mengatakan, tas jinjing berbahan dasar ampas tebu ini memiliki desain produk budaya nusantara dan tradisi daerah, sehingga menambah keindahan tas jinjing ini.
Menariknya, setelah tas ini rusak, dapat dimanfaatkan menjadi seni rupa dua dimensi. “Tas bekas bisa dikliping, kemudian dibingkai sehingga dapat dijadikan hiasan dinding,” kata Depicha.
Untuk pemasaran tas jinjing ampas tebu ini, Depicha dan Tim mempromosikannya melalui media sosial Instagram @bag.gase dan WhatsApp masing-masing anggota. Satu tas dijual seharga Rp 10.000.
Respon positif pun diterima atas produk inovasi Tim Mahasiswa IPB ini, konsumen baru menyadari bahwa ampas tebu yang merupakan limbah pabrik gula ternyata dapat dijadikan tas dengan desain unik.
Sementara itu, dosen pendamping Burhanuddin mengatakan bahwa PKM-K tas jinjing dari ampas tebu ini lahir dari kreativitas mahasiswa IPB untuk memanfaatkan limbah bagas dan mengurangi penggunaan plastik yang berdampak negatif pada lingkungan.
“Selain itu, menjadi substitusi bagi penggunaan bahan baku kertas yang mulai sulit didapat,” katanya.
WILDA HASANAH