Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengajar Harvard Medical School, Peter Grinspoon, menyebutkan bahwa Daun Kratom berbahaya. Kratom merupakan obat adiktif yang tidak memiliki utilitas medis, demikian artikel Grinspoon yang terbit di laman Health Harvard Edu.
"Efek sampingnya parah, termasuk overdosis dan kematian, atau merupakan jalur diakses dari sakit kronis yang tidak diobati dan penarikan opiat," tulis Grinspoon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kratom atau Mitragyna speciosa adalah pohon tropis dari keluarga kopi asli Asia Tenggara. Kratom memiliki sifat-sifat yang stimulan, memberi energi dan mengangkat, seperti opiat, menyebabkan kantuk, bahkan euforia.
Kratom memiliki puluhan komponen aktif, yang membuatnya sulit dikarakterisasi sebagai satu jenis obat tertentu seperti stimulan atau opiat. Dua bahan kimia utama, mitragynine dan 7-hydroxymitragynine, memiliki aktivitas kuat pada reseptor opioid utama, yang sama dengan heroin dan oxycodone.
Kratom umumnya dikonsumsi dengan tambahan pemanis untuk mengatasi kepahitannya yang keras, dibuat menjadi teh atau ditelan sebagai pil. Efek sampingnya termasuk agitasi, takikardia, kantuk, muntah, dan kebingungan.
"Juga ada efek samping serius seperti kejang, serta pernapasan dan henti jantung," kata Grinspoon, yang juga Associate Director untuk Physician Health Service.
Grinspoon menuliskan bahwa hanya ada sedikit informasi yang dipercaya tentang pertumbuhan, pemrosesan, pengemasan, atau pelabelan kratom yang dijual di AS. Hal itu menambah ketidakpastian risiko kesehatan yang sangat besar.
Pada 2018, Food and Drug Administration (FDA) khawatir tentang kontaminasi Salmonella dari produk yang mengandung kratom. Drug Enforcement Administration (DEA) juga menempatkan kratom di daftar Drugs and Chemicals of Concern, tapi belum melabelinya sebagai zat yang dikendalikan.
"Kratom bisa membuat ketagihan karena kualitasnya yang seperti opiat, dan sebagian kecil pengguna akhirnya membutuhkan perawatan kecanduan," tulis Grinspoon yang pernah menjabat Direktur Kampanye di Greenpeace.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengklaim bahwa antara 2016 dan 2017, ada 91 kematian karena kratom. Namun, klaim itu harus disambut dengan skeptis, karena semua kecuali tujuh dari korban ini memiliki obat lain saat kematian, sehingga tidak mungkin untuk secara unik melibatkan kratom.
HEALTH HARVARD | BALTIMOREPOSTEXAMINER | NEW YORK TIMES
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini