Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ilmuwan Hitung Peluang Hidup di Bumi Kedua, Hasilnya...

Ilmuwan sudah menghitung kemungkinan tinggal di Planet Proxima b yang disebut-sebut sebagai bumi kedua.

26 Mei 2017 | 15.25 WIB

Planet Proxima B. youtube.com
Perbesar
Planet Proxima B. youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Exeter - Pernahkah Anda berpikir untuk tinggal di bumi kedua? Membuat koloni baru di planet lain menjadi salah satu ambisi manusia melakukan perjalanan ke angkasa luar. Proxima b, planet serupa bumi yang ditemukan pada Agustus tahun lalu, menjadi salah satu incaran eksplorasi mencari bukti kehidupan.

Studi simulasi terbaru menunjukkan bahwa Proxima b mungkin bisa menjadi tempat yang mampu menyokong kehidupan dan, ini yang penting: bisa dihuni.

Baca: NASA Temukan Pelindung Baru Bumi dari Radiasi Luar Angkasa

Proxima b adalah eksoplanet alias planet di tata surya lain yang terdekat dengan bumi. Planet yang diperkirakan berwujud batu seperti bumi itu terletak sekitar 7,5 juta kilometer dari bintang Proxima centauri. Sama seperti bumi di dalam tata surya, Proxima b berada di dalam zona aman atau kawasan yang memungkinkan sebuah planet memiliki air dan unsur pendukung kehidupan lainnya.


Perbandingan Proxima b dengan matahari dan bumi. (Phl.upr.edu)

Para peneliti di Universitas Exeter, Inggris, membuat berbagai skenario kondisi lingkungan untuk Proxima b. Bekerja sama dengan Met Office, badan layanan cuaca Inggris, mereka menggunakan pemodelan yang dipakai dalam proyeksi perubahan iklim di bumi dan mengkombinasikannya dengan posisi orbit dan proyeksi susunan atmosfer Proxima b.

Baca: Misteri Mars: Ada Hujan Deras, Juga Pernah Punya Ombak Raksasa

Pemimpin riset Ian Boutle mengatakan berbagai skenario dibuat berdasarkan konfigurasi orbit Proxima b. Tak seperti bumi, Proxima b mengorbit dengan satu sisi yang sama selalu menghadap bintang induk yang menyebabkan perbedaan suhu yang besar antara bagian terang dan gelap.

Proxima b juga punya siklus rotasi yang unik. "Mirip Merkurius, planet itu berotasi tiga kali pada porosnya setiap dua kali mengelilingi bintangnya," kata Ian dalam laman Universitas Exeter, pekan lalu.

Hasil simulasi, seperti dilaporkan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics edisi 1 Maret lalu, menunjukkan bahwa kondisi Proxima b memungkinkan mendukung kehidupan. Bahkan, dengan skenario susunan atmosfer yang lebih sederhana, hanya berupa nitrogen dan karbon dioksida, Proxima b memiliki temperatur cukup hangat untuk menyokong air.


Ilustrasi visual Planet Proxima b. (Youtube.com)

Menurut Nathan Maine, ahli astrofisika yang terlibat dalam riset itu, berbagai variasi radiasi yang mungkin diterima Proxima b juga diperhitungkan dalam simulasi. "Dalam kondisi yang tepat, permukaan Proxima b mungkin mengandung air dan dihuni," kata Nathan.

Baca: Hujan Deras di Mars, Bikin Planet Merah Itu Mirip Bumi?

Di dalam simulasi, suhu tertinggi di bagian yang selalu menghadap bintang hanya sekitar 17 derajat. Namun temperatur di sisi gelap anjlok sampai minus 123 derajat Celsius. Ini mungkin bukan tempat yang nyaman untuk membangun koloni baru.

Berbagai skenario dibuat, tapi kondisi Proxima b yang sebenarnya masih menjadi misteri. Teka-teki adanya penyokong kehidupan di Proxima b setidaknya baru bisa terjawab setelah teleskop antariksa tercanggih James Webb diluncurkan tahun depan. Pengganti teleskop antariksa Hubble itu memiliki instrumen yang lebih baik untuk mengobservasi obyek jauh secara detail.

Sejauh ini, Proxima b dinilai sebagai planet mati tanpa udara. Bintang induknya, Proxima centauri, tergolong bintang katai merah yang massanya hanya 10 persen dari matahari dan relatif lebih dingin daripada matahari. Meski begitu, Proxima centauri masih punya energi cukup besar untuk menghancurkan atmosfer planet. Belum diketahui juga apakah Proxima b memiliki medan magnet seperti bumi yang bisa melindunginya dari badai energi matahari.


Planet Proxima b selama ini dianggap planet tanpa udara. (businesinsider.com)

Kalaupun lingkungan Proxima b sangat mendukung untuk hidup, manusia punya masalah besar untuk mencapai planet yang berjarak sekitar 40 ribu triliun kilometer itu. Belum ada teknologi transportasi buatan manusia saat ini yang bisa menempuh jarak sejauh itu. Untuk mencapai bulan saja, jaraknya sekitar 384 ribu kilometer, diperlukan waktu sekitar tiga hari.

Baca: Kisah Ilmuwan NASA Temukan Formasi Tata Surya Baru

Dengan konsep teknologi roket yang ada saat ini, setidaknya perlu 81 ribu tahun untuk mencapai sistem Proxima centauri. Teknologi roket termal nuklir dinilai lebih cepat, tapi masih dalam pengembangan. Dengan sistem ini, manusia bisa mencapai Mars dalam 90 hari. Namun perlu waktu 1.000 tahun untuk mencapai Proxima b.

Teknologi roket dengan reaksi fusi, seperti yang terjadi ketika matahari melepaskan energi, secara teori bisa mengantarkan manusia ke Proxima b dalam waktu 36 tahun. Sayangnya, belum ada cara aman untuk menguasai teknologi reaksi fusi seperti ini. Jadi, siapa yang mau pergi ke bumi kedua ini?

POPULAR SCIENCE | SCIENCE ALERT | UNIVERSE TODAY | THE INDEPENDENT | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus