Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Leiden - Galaksi terdekat di alam semesta kita tak menunjukkan tanda-tanda peradaban alien berteknologi canggih, setidaknya untuk saat ini. Dari 100 ribu lebih galaksi yang pernah ditemukan selama ini, tidak ada petunjuk adanya energi yang dihasilkan oleh alien. Ini menunjukkan bahwa keberadaan mereka langka, atau malah memang tidak ada.
Penelusuran alien melalui galaksi bukan tanpa alasan. Galaksi memancarkan energi panas dalam jumlah yang besar. Namun, bukan mendapatkan emisi dari energi para alien, para astrofisikawan di Bumi malah menangkap energi alami dari debu kosmik.
"Sistem yang selama ini memang perlu penyelidikan lebih lanjut. Namun setidaknya, energi yang selama ini diteliti telah dianalisis secara ilmiah," kata penulis studi, Michael Garret, yang juga pakar astrofisika di University of Leiden. Studi yang dilakukan Garret bersama timnya diterbitkan dalam jurnal Astronomy & Astrophysics edisi 15 September 2015.
Pada 1964, astrofisikawan asal Rusia bernama Nikolai Kardashev mendefinisikan tiga tingkat peradaban berdasarkan kemampuan memanfaatkan sumber energi yang ada. Sejak saat itu, banyak studi terus dilakukan, sampai akhirnya muncul satu tingkatan baru. Kardashev mengkategorikan peradaban bumi berada di skala sangat rendah, yakni pada tipe 0,7. Sebab, kemampuan manusia memanfaatkan energi Bumi sangat kecil.
Pada awal tahun ini, sekelompok astronom yang dipimpin Jason Wright dari Pennsylvania State University mempelajari 100 ribu galaksi yang sudah terdaftar. Mereka menggunakan Wide-Field Infrared Survey Explorer (WISE), pesawat ruang angkasa milik NASA yang paling apik dalam mengamati dan mencari tanda-tanda peradaban tipe III. Peradaban dengan tipe ini dinilai mampu memanfaatkan energi dari seluruh galaksi.
"Peradaban tersebut pastilah amat canggih," kata Wright, seperti dikutip dari laman Space. Mereka, ia menjelaskan, dapat menjajah beberapa bintang dalam galaksi berbeda dan menggunakan semua energi yang didapat. Berdasarkan hukum termodinamika, energi yang dimanfaatkan seperti itu tak bisa dihancurkan tapi dapat dipantau melalui gelombang inframerah. "Mirip komputer yang memancarkan panas," ujarnya.
Wright dan timnya menyelidiki 93 galaksi yang memancarkan gelombang inframerah skala menengah. Garrett menemukan sumber ini dalam studi sebelumnya untuk mencari sumber-sumber radiasi ekstrem. Namun, setelah diteliti lebih mendalam, energi tersebut berasal dari debu kosmik dan panas yang dihasilkan dalam proses pembentukan bintang masif baru. Wright menyimpulkan peradaban alien berteknologi super tinggi tak ada atau langka.
Artinya, Garrett berseloroh, "Untuk sementara kita bisa tidur dengan tenang. Invasi alien, dalam waktu dekat, tidak ada." Setelah ini, Garrett dan tim akan mencoba mengidentifikasi peradaban Tipe II, yang memanfaatkan energi dari bintang tunggal. "Peradaban ini mungkin lebih umum ketimbang Tipe II," kata dia.
Meski demikian, Garrett khawatir salah perhitungan. "Bisa saja kita yang salah menghitung alam semesta," ucapnya. Atau, bisa saja alien yang memiliki peradaban Tipe III jauh lebih hemat energi dan hanya membuang sedikit limbah panas. Yang terpenting, menurut dia, sekarang pihaknya akan terus mencari untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
ASTRONOMY & ASTROPHYSICS | SPACE | AMRI MAHBUB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini