Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ketika Lembah Kematian Berubah Jadi Neraka

Lembah Kematian di Amerika Serikat memperoleh nama yang mengerikan itu bukan tanpa sebab. Lembah itu bahkan bisa berubah menjadi neraka.

23 April 2016 | 06.25 WIB

Lembah Kematian (Death Valley), Nevada. Travelercorner.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Lembah Kematian (Death Valley), Nevada. Travelercorner.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Nevada - Lembah Kematian (Death Valley) di Amerika Serikat memperoleh nama yang mengerikan itu bukan tanpa sebab. Lembah itu bahkan bisa berubah menjadi neraka dalam waktu dekat.

Ilmuwan menunjukkan bahwa kawasan yang terletak di perbatasan Negara Bagian California dan Nevada ini menyembunyikan dapur magma yang siap meletus. Cekungan ini merupakan daerah terpanas dan terkering di kawasan Amerika Utara.

Pada 1913, temperatur di kawasan ini mencapai 57,7 derajat Celsius, sedikit lebih rendah ketimbang rekor suhu daerah terpanas setinggi 57,8 derajat Celsius di Aziziya, Libya, pada 1922.

Batuan yang tersebar di daerah tandus ini dikenal menyimpan emas dan perak. Karenanya, banyak penambang amatir mencoba menjelajahi daerah ini untuk mengeruk hasil bumi yang tak banyak dilirik suku asli Timbisha penghuni gurun. Namun mineral mulia bukan satu-satunya yang tersimpan di kawasan ini.

Pada kedalaman beberapa kilometer di bawah gurun, peneliti mengindikasikan keberadaan magma yang terus bergerak mendekati permukaan. Sekitar 800 tahun lalu, material panas ini menyentuh lapisan air tanah. Hasilnya, terjadilah ledakan.

Kelompok peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory milik Columbia University menjelaskan pemandangan menakutkan selama peristiwa ini. Percampuran dengan magma panas meningkatkan temperatur air tanah, dan diikuti dengan bertambahnya tekanan bawah permukaan yang mendorong tanah di atasnya dan tampak sebagai ledakan.

Hamburan tanah ke udara menyebabkan munculnya kawah sedalam 240 meter yang kini dikenal dengan nama Ubehebe. Diameter kawah yang tercipta mencapai 800 meter.

Tekanan oleh air tanah juga menyebabkan munculnya gas mematikan berbentuk cendawan raksasa seperti ledakan bom nuklir. Di permukaan tanah, gas merambat pada kecepatan 200 meter per jam.

"Pemandangan yang mengesankan. Agar selamat, harus disaksikan dari jarak 16 kilometer dari lokasi kejadian," kata peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Brent Goehring.

Bukti kimia yang dikumpulkan dari sampel batuan di sekitar kawah menunjukkan erupsi kawah merupakan peristiwa berulang setiap 1.000 tahun. Pada kawah Ubehebe, erupsi terakhir kali terjadi sekitar tahun 1300.

Menurut profesor dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Nicholas Christie-Blick, catatan ini membuat peristiwa erupsi berikutnya berbeda "setipis rambut" dalam skala waktu geologi. Anggapan bahwa Ubehebe telah habis tak berdasar," kata Blick.

LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus