Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Menristek Bagi-bagi Program Beasiswa untuk Calon Doktor

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memperbanyak jumlah doktor di Indonesia lewat program Pendidikan Magister Menuju Doktor.

9 Oktober 2015 | 04.45 WIB

Menristek dan Pendidikan Tinggi M. Nasir. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Menristek dan Pendidikan Tinggi M. Nasir. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Bandung: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memperbanyak jumlah doktor di Indonesia lewat program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Selain peminatnya mendapat beasiswa dari pemerintah, program magister dan doktor yang biasanya selama 6 tahun dipangkas menjadi 4 tahun.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhamad Nasir mengatakan, PMDSU merupakan terobosan pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang unggul. Program itu ditujukan bagi para sarjana unggulan yang berminat menempuh studi fast track untuk menjadi doktor dalam waktu empat tahun.

Kondisinya kini, pendidikan tinggi Indonesia masih kalah bersaing dengan negara maju. Salah satu faktornya akibat kurangnya jumlah dosen berkualifikasi mumpuni. Doktor yang diyakini pemerintah bisa mendorong dinamika dunia riset dan meningkatkan kualitas universitas riset, jumlahnya masih kurang.

Sampai akhir 2013, jumlah tenaga dosen tetap yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, sebanyak 154.968 orang. Kualifikasi akademik dosen itu terbanyak lulusan S-2 atau magister (54 persen), diploma atau sarjana (36 persen), kemudian S-3 atau doktor (11 persen). Pemerintah ingin meningkatkan jumlah doktor minimal 20 persen dari total dosen tetap.

Selanjutnya...


Jika mengandalkan program biasa, per tahun paling banyak 1.000 orang doktor baru. Waktu yang diperlukan untuk mengejar target 20 persen tersebut, berkisar 13-14 tahun. Karena itu, kata Nasir, PMSDU dikembangkan untuk menambah jumlah doktor, temuan baru untuk inovasi nasional, dan daya saing bangsa. “Mimpinya setelah lulus SMA, dalam tujuh tahun bisa lulus S-1 sampai S-3,” katanya di acara diskusi berjudul Indonesia Mencari Doktor di Aula Barat ITB, Kamis, 8 Oktober 2015.

Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Ali Ghufron Mukti mengatakan, program beasiswa magister hingga doktor itu sudah berjalan dua angkatan sejak dibuka 2014. Penerima beasiswa akan menjalani program magister atau S-2 selama setahun, kemudian langsung ke program doktoral atau S-3 selama tiga tahun.

Per mahasiswa yang lolos saringan dan persyaratan selanjutnya akan ditanggung biaya kuliahnya. Ketika menempuh jenjang doktor misalnya, mahasiswa akan mendapat dana hibah penelitian sebesar Rp 60 juta per tahun. Ada pula riset bersama peneliti kampus terkemuka di dunia selama 3-6 bulan yang ditanggung negara. “Total dari magister hingga doktor itu beasiswanya sekitar Rp 500 juta,” ujarnya di ITB.

Jatah penerima beasiswa itu per tahun, kata Ali, pada 2015 sebanyak 334 orang dari 5.195 orang pendaftar. Pada tahun pertama 2014, dari 71 pendaftar yang lolos 57 orang. “Tahun depan jumlah kuotanya minimal diajukan sama seperti sekarang, mudah-mudahan bisa tambah,” kata dia.

ANWAR SISWADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MC Nieke Indrietta Baiduri

MC Nieke Indrietta Baiduri

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus