Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Observatorium Bosscha Amati Hilal 10 Maret di Lembang dengan Teleskop Refraktor

Sebelum melakukan pengamatan, peneliti telah menyiapkan data hilal 10 Maret 2024 dari hasil perhitungan.

7 Maret 2024 | 13.22 WIB

Teleskop refraktor ganda Zeiss dalam kubah pengamatan yang ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. TEMPO/Prima Mulia
material-symbols:fullscreenPerbesar
Teleskop refraktor ganda Zeiss dalam kubah pengamatan yang ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) menyiapkan rencana pengamatan hilal di Lembang pada Ahad, 10 Maret 2024. Tim pengamat akan menggunakan teleskop refraktor untuk melihat bulan baru berbentuk sabit sebagai penanda beralihnya bulan Sya’ban ke Ramadan 1445 Hijriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Hari Minggu kami akan mulai acara pengamatan rukyat pukul 16.00 WIB,” kata staf Divisi Pendidikan dan Penjangkauan Publik Observatorium Bosscha, Yatny Yulianti, Kamis, 7 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hampir setiap bulan Observatorium Bosscha mengamati bulan sabit muda. Sementara setiap tahun hasil pengamatannya ikut dipakai sebagai bahan rujukan untuk penetapan awal bulan Hijriah, termasuk Ramadan bagi Kementerian Agama dan masyarakat umum.

Menurut Yatny, pengamatan bulan sabit oleh Observatorium Bosscha ditujukan untuk meneliti ambang visibilitas atau kenampakan bulan sebagai fungsi dari elongasi terhadap ketebalan sabit bulan, termasuk untuk pengamatan hilal Ramadan 1445 Hijriah. Pengamatan akan dilakukan dengan menggunakan sebuah teleskop refraktor berdiameter 106 milimeter yang dilengkapi detektor kamera berbasis CMOS (Complementary Metal-Oxide Semiconductor).

Citra yang ditangkap oleh kamera kemudian diproses menggunakan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas tampilan sabit bulan. Perangkat lunak itu, kata Yatny, dikembangkan secara mandiri oleh peneliti di Observatorium Bosscha.

Sebelum melakukan pengamatan, peneliti telah menyiapkan data hilal 10 Maret 2024 dari hasil perhitungan. Datanya menunjukkan bahwa di Indonesia, elongasi bulan dan matahari dalam geosentrik merentang antara 2,2-2,8 derajat, sedangkan dalam toposentrik terentang antara 1,6-2,1 derajat. Adapun ketinggian bulan antara -1,0 hingga 0,5 derajat.

Berdasarkan lokasi pengamatan di Observatorium Bosscha, Lembang, konjungsi pada 10 Maret 2024 yaitu pukul 16.00. Matahari terbenam pukul 18.04, sedangkan bulan tenggelam 18.09 WIB. Usia bulan saat itu dua jam 4 menit. Elongasi bulan (geosentrik) 02° 28’ 27,8'', sementara elongasi bulan (toposentrik) 01° 40’ 19,2''.

Data Observatorium Bosscha juga menyebutkan iluminasi atau persentase kecerahan bulan yaitu 0,02 persen. Tinggi matahari -00° 49’ 59,9'', kemudian tinggi bulan 00° 17’ 08,4''. Azimuth matahari 266° 03’ 20,1'', dan azimuth bulan 264° 48’ 47,5''.

Sebelumnya diberitakan, Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Bandung juga akan melakukan pengamatan hilal pada 10 dan 11 Maret 2024. Lokasinya di Pos Observasi Bulan Cikelet di Kabupaten Garut dan di bagian atap kantor BMKG Bandung.

“Berdasarkan data hilal, data rekor hilal oleh BMKG, keilmuan astronomi, serta data prakiraan cuaca, maka hilal awal Ramadan berpotensi sangat kecil atau tidak dapat teramati pada tanggal 10 dan 11 Maret 2024,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu, Rabu 6 Maret 2024.

Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaludin mengatakan, ketinggian bulan saat magrib pada 10 Maret 2024 masih sangat rendah. “Jadi tidak mungkin bisa dirukyat (diamati),” katanya Senin, 4 Maret 2024.

Posisi bulan itu, menurut Thomas, dari kriteria MABIMS belum terpenuhi. MABIMS merupakan kriteria yang ditetapkan bersama oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Indonesia memakai kriteria itu untuk menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal sejak 2022. Dalam kriteria itu, untuk pengamatan ketinggian bulan minimal 3 derajat dengan elongasi atau jarak sudut bulan dan matahari di langit minimal 6,4 derajat. 

Namun, begitu sebelum sidang isbat pemerintah yang direncanakan 10 Maret, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah resmi menyebarkan penetapan awal Ramadan yaitu pada 11 Maret 2024. Sedangkan Idul Fitri atau 1 Syawal pada 10 April. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus