Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekspedisi Keanekaragaman Hayati South Java Deep-Sea (SJADES) telah menemukan 27 spesies baru ekosistem laut di Indonesia. Hasil dari ekspedisi gabungan antara Indonesia dan Singapura yang dipimpin peneliti Pusat Riset Oseanografi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwi Listyo Rahayu dan peneliti dari National University of Singapura (NUS) Peter Ng itu diterbitkan di Journal Raffles Bulletin of Zoology Supplement pada 6 Agustus 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ekspedisi yang mengumpulkan sampel biologis total dari 63 stasiun di kedalaman melebihi 2.000 meter itu hingga saat ini dilaporkan telah menghasilkan 36 makalah teknis yang sudah diterbitkan. “Selain 27 spesies baru, kami juga menemukan satu genus baru, dan lebih dari 260 rekor baru untuk Indonesia,” ujar Dwi Listyo Rahayu yang akrab disapa Yoyoh itu, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 2 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam ekspedisi yang dilakukan dari 23 Maret-5 April 2018 di perairan dalam Selat Sunda dan Barat Daya Jawa itu, tim berhasil mengumpulkan lebih dari 12.000 spesimen dari 8.000 spesies, terdiri dari 1.000 spesies ikan, 940 spesies udang, 450 spesies kepiting, dan 430 spesies squat lobster.
Selain itu 3.600 spesies kerang, 3.200 spesies bintang laut dan bulu babi, 900 spesies cacing laut, serta 700 spesies hermit crabs. Menurut Yoyoh, pemilihan Jawa Barat Daya sebagai lokasi ekspedisi akan membantu memperbaiki bias pengambilan sampel historis di timur Garis Weber, dan menghasilkan baseline informasi keanekaragaman hayati untuk perairan yang lebih dalam di lepas pantai barat daya Jawa.
Hal ini, kata dia, penting tidak hanya untuk ilmu kelautan secara umum, pengetahuan tentang laut dalam, tetapi juga untuk memahami keanekaragaman hayati perairan dalam di selatan Jawa, dan Indonesia. “Serta memungkinkan negara untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sana dengan lebih optimal,” tutur Yoyoh yang fokus meneliti kelomang dan kepiting itu.
Ekspedisi SJADES melibatkan 31 peneliti dan staf pendukung dari Indonesia dan Singapura, termasuk di dalamnya empat ilmuwan dari Prancis dan Taiwan yang diundang secara khusus untuk bergabung dalam ekspedisi, yaitu Bertrand Richer de Forges, Chan Tin-Yam, Lin Chia-Wei, dan Yang Chien-Hui.
Selain itu juga melibatkan satu orang ahli geologi untuk membantu pemetaan, serta satu perwakilan dari TNI Angkatan Laut untuk mendukung keamanan selama ekspedisi berlangsung.
Baca:
Fosil Dinosaurus Aneh Berusia 168 Juta Tahun Ditemukan di Maroko, Spesies Baru?