Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Penemuan Fosil Gigi di Cina Goyahkan Teori Migrasi

Menurut Martinn-Torres, gigi-gigi itu tidak disangsikan lagi berasal dari Homo sapiens.

19 Oktober 2015 | 15.00 WIB

Fosil gigi Afrasia djijidae. dailymail.co.uk
Perbesar
Fosil gigi Afrasia djijidae. dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Jakarta:Tim peneliti dari University College London dan Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology Beijing menemukan 47 gigi manusia purba berusia 80-120 ribu tahun di sebuah gua di Cina selatan. Bila temuan ini benar merujuk pada gigi manusia modern (Homo sapiens), hal itu akan mengubah penulisan sejarah migrasi manusia dari Afrika ke Asia.

Temuan menarik ini menunjukkan Homo sapiens mencapai Cina, Asia Timur, sekitar 80 ribu tahun silam, atau 20 ribu tahun lebih awal dibandingkan dengan migrasi manusia dari Afrika yang sukses sebelumnya. Gigi yang ditemukan di antara batu kapur gua di Daoxian, Provinsi Hunan, Cina selatan, itu membantah teori sebelumnya. Kebanyakan peneliti berpendapat spesies manusia tidak mengembara jauh keluar Afrika pada era tersebut.

“Kami butuh memikirkan ulang model kami. Mungkin di sana ada lebih dari satu gelombang migrasi keluar Afrika,” kata María Martinón-Torres, ahli antropologi forensik University College London, yang memimpin penelitian tersebut. Temuan mereka dimuat di Nature pada 14 Oktober.

Menurut Martinón-Torres, gigi-gigi itu tidak disangsikan lagi berasal dari Homo sapiens. Ukuran gigi kecil, akarnya tipis, dan kepala gigi datar merupakan tipikal manusia modern. Lebih dari tipikal itu, kata dia, bentuk gigi ini nyaris tidak dapat dibedakan antara gigi manusia purba dan manusia saat ini.

Gigi-gigi tersebut ditemukan setelah adanya penggalian gua yang diperluas lebih dari 3 kilometer persegi. Di sana juga ditemukan fosil hyena (dubuk, hewan mirip anjing), panda raksasa yang telah punah, dan lusinan spesies hewan lainnya. Para peneliti tak menemukan alat-alat batu. Hal ini menunjukkan mereka tidak pernah tinggal di dalam gua atau peninggalan mereka diangkut oleh predator.

Martinón-Torres memimpin penelitian ini bersama koleganya, Wu Liu dan Xie-jie Wu, dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology Beijing. Bagi mereka, menentukan umur gigi itu terbukti sulit. Sebab, gigi tersebut tidak mengandung karbon radioaktif, zat yang kebanyakan punah setelah 50 ribu tahun.

Tim menghitung umur gigi menggunakan endapan mineral kalsit di gua dan memakai bermacam-macam fosil hewan untuk menyimpulkan gigi manusia itu kemungkinan besar berusia 80-120 ribu tahun. Mereka juga menguji stalagmit yang usianya mencapai 80 ribu tahun.

Perkiraan umur gigi itu berlawanan dengan pengetahuan yang sudah mapan, bahwa Homo sapiens dari Afrika mulai 'menjajah' dunia sekitar 50-60 ribu tahun lampau. Jejak lebih tua dari manusia modern ditemukan di luar Afrika, seperti fosil berusia kira-kira 100 ribu tahun dari Skhul dan gua Qafzeh di Israel. Tapi, banyak peneliti berpendapat fosil itu hanya bukti upaya yang tidak berhasil dalam migrasi yang lebih luas.

“Temuan di Daoxian ini menarik,” kata Michael Petraglia, arkeolog dari University of Oxford Inggris, yang tidak terlibat penelitian. “Ini salah satu temuan terpenting dari Asia dalam dekade terakhir.” Menurut dia, manusia modern berekspansi lebih awal mencapai Asia melewati rute selatan. “Ini jelas bahwa Homo Sapiens sampai di Asia Timur lebih awal,” katanya.

Chris Stringer, palaeoanthropologist dari Natural History Museum London, berpendapat bahwa fosil dari Skhul dan Qafzeh menandakan ketidaksuksesan migrasi. Fosil-fosil itu kini digoyahkan oleh gigi dari Daoxian. Tanpa DNA dari gigi tersebut, tidak mungkin ditentukan hubungan antara manusia Daoxian dan manusia lainnya, termasuk orang Asia saat ini.

Namun Jean-Jacques Hublin, palaeoanthropologist dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology Leipzig, Jerman, berpikir bahwa gelombang manusia setelahnya menggantikan mereka. Bukti genetik lainnya, kata Hublin, menunjukkan keturunan Asia Timur saat ini berasal dari manusia yang kawin dengan manusia Neanderthal di Asia Barat sekitar 55-60 ribu tahun silam.

NATURE | TELEGRAPH | AHMAD NUR HASIM


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eko Ari Wibowo

Eko Ari Wibowo

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret. Bergabung dengan Tempo sejak 2005. Kini menulis tentang isu politik, kesra dan pendidikan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus