Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Pohon Tertinggi Ada di Malaysia, Melebihi Lebar Lapangan Bola

Pohon Meranti kuning di Sabah, Malaysia, menjadi pohon tropis tertinggi dengan tinggi 100,8 meter.

7 April 2019 | 07.31 WIB

Meranti kuning di Sabah Malaysia setinggi 100,8 meter merupakan pohon tropis tertinggi di dunia. (dok.Unding Jami/uci.ox.ac.uk)
Perbesar
Meranti kuning di Sabah Malaysia setinggi 100,8 meter merupakan pohon tropis tertinggi di dunia. (dok.Unding Jami/uci.ox.ac.uk)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -  Pohon tropis tertinggi di dunia ditemukan di Sabah, Malaysia. Raksasa ini mempunyai ukuran tinggi luar biasa: 100,8 meter dari tanah sampai bagian daun teratas. Ukuran ini melebihi lebar lapangan sepak bola, yang 100 meter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pohon ini, kemungkinan juga tanaman berbunga tertinggi di dunia, tumbuh di hutan hujan di Pulau Kalimantan. Ilmuwan dari Inggris dan Malaysia, yang meneliti pohon ini, menamainya Menara, demikian dikutip dari laman Enviromental Change Institute, Universitas Oxford, 5 April 2019.

Dengan mempelajari Menara, para peneliti berharap bisa memahami bagaimana pohon tumbuh sangat tinggi, dan apakah ada faktor yang mencegah mereka tumbuh lebih tinggi.

Menara adalah spesies pohon tropis yang dikenal sebagai meranti kuning (Shorea faguetiana), anggota keluarga Dipterocarpaceae yang tumbuh subur di hutan hujan dataran rendah yang lembab di Asia Tenggara. Pemegang rekor sebelumnya untuk pohon tropis tertinggi berasal dari wilayah ini dan dari genus Shorea.

Pohon itu pertama kali terlihat oleh para peneliti dari Universitas Nottingham yang dipimpin oleh Dr Doreen Boyd pada tahun 2018, menggunakan Survei Deteksi Cahaya dan Ranging (LiDAR) di udara.

Para peneliti dari Universitas Oxford dan SEARRP (Southeast Asia Rainforest Research Partnership) kemudian melakukan perjalanan ke Menara pada Agustus 2018 untuk melakukan pemindaian 3D resolusi tinggi dan penerbangan drone.

Hasilnya, sebuah visualisasi 3D luar biasa dari pohon yang juga luar biasa ini. Seorang pendaki dari SEARRP, Unding Jami, memanjat pohon itu pada Januari 2019 untuk mengukur ketinggiannya dengan meteran dan didapat hasilnya 100,8 meter.

Hasil ukuran ini membuat Menara menjadi tanaman berbunga tertinggi di Bumi, mengalahkan pemegang rekor sebelumnya: pohon eucalyptus di Tasmania.

“Dengan menindaklanjuti penemuan pohon oleh mahasiswa PhD saya, Chris Chandler dalam data udara, dengan pemindaian laser terestrial dan penerbangan pesawat tak berawak oleh rekan-rekan di Universitas Oxford, kami dapat membuat data dimensi tambahan tentang pohon, dan untuk memeriksa mekanisme pohon raksasa seperti itu pada umumnya," kata Dr Boyd.

Satu-satunya orang yang telah memanjat raksasa ini, Unding Jami dari Kemitraan Penelitian Hutan Hujan Asia Tenggara (SEARRP) di Sabah, Malaysia, mengaku takut sekaligus takjub bisa di atas ketinggian itu.

“Itu adalah pendakian yang menakutkan, anginnya kencang, karena pohon terdekat sangat jauh. Tapi jujur pemandangan dari atas luar biasa. Saya tidak tahu harus berkata apa selain sangat, sangat, sangat menakjubkan!"

Menara diperkirakan memiliki berat 81.500 kg di luar akar, atau lebih dari berat maksimum Boeing 737-800 saat lepas landas. Hanya 5% dari massanya yang dipegang di mahkota selebar 40m, sedangkan 95% di batangnya.

Batang Menara sangat lurus, dengan pusat massa 28 m di atas tanah dan hanya bergeser 0,6 m dari sumbu vertikal tengah, menunjukkan bahwa pohon itu sangat simetris dan seimbang meskipun terletak di tanah miring di lembah terlindung.

Jadi, apakah pohon ini mendekati batasnya dalam hal seberapa tinggi tanaman berbunga dapat tumbuh?
Analisis para ilmuwan tentang struktur pohon menunjukkan bahwa Menara bisa tumbuh lurus karena bobotnya sendiri, tetapi mungkin rentan terhadap angin. Lokasinya di lembah yang terlindung agak melindunginya dan mungkin membantunya tumbuh hingga ketinggian ekstrem.

Alexander Shenkin, peneliti di University of Oxford yang melakukan pemindaian 3D, tertarik pada arsitektur pohon dan apa yang membatasi ketinggian mereka.

“Kami masih tidak tahu apa yang membuat pohon tumbuh semakin tinggi. Mungkin juga ada faktor-faktor lain, seperti tantangan menghisap air 100 m di atas pohon, yang membatasi ketinggian maksimum pohon berdaun lebar menjadi sekitar 100 m,” katanya.

Apakah masih ada pohon yang lebih tinggi di sana?
“Mungkin masih ada pohon yang lebih tinggi di luar sana yang belum ditemukan, namun mengingat bukti yang kami temukan tentang kendala mekanis yang disebabkan oleh angin, tidak mungkin pohon baru akan jauh lebih tinggi. Tetapi ada kemungkinan tanaman bunga tertinggi masih ada di suatu tempat di hutan Kalimantan,” kata Prof. Yadvinder Malhi dari Oxford, yang memimpin penelitian struktur 3D pohon di lab.

“Penemuan pohon yang luar biasa ini memberikan pengakuan tambahan  dan dorongan untuk upaya melestarikan hutan hujan dengan keanekaragaman hayatinya dan memecahkan rekor ini,” katanya

Menara ditemukan di Kawasan Konservasi Lembah Danum di Sabah, yang juga memegang rekor sebelumnya untuk pohon tertinggi.

Glen Reynolds, dari SEARRP, mengawasi banyak penelitian di sana. “Selama dekade terakhir, Departemen Kehutanan Sabah telah secara progresif memperluas perlindungan beberapa ratus ribu hektar hutan di sekitar Kawasan Konservasi Lembah Danum - yang sekarang dilindungi di semua sisi," katanya.

Pemerintah Sabah juga telah berkomitmen, pada tahun 2025, untuk meningkatkan luas hutan lindung menjadi 30% dari luas daratan negara bagian itu. Investasi ini akan membantu mengamankan masa depan lanskap pohon-pohon raksasa ini.

ECI.OX | LIVESCIENCE 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus