Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sajlu berwarna pink menghiasi gletser di seberang Kutub Utara. Di balik penampilan cantiknya yang disebut Strawberry Snow, salju ini ternyata mempercepat mencairnya gletser dan salju di Kutub Utara. Warna pada gletser merupakan pigmen merah yang berasal dari ganggang salju. Meledaknya populasi ganggang jenis ini tidak dapat diremehkan karena memperparah efek dari perubahan iklim.
Menurut para peneliti, dalam laporan Dailymail, Rabu, 22 Juni 2016, fenomena tersebut menurunkan 13 persen albedo hingga gletser dan salju pun mencair. Albedo adalah kemampuan permukaan untuk memantulkan sinar matahari. Pada umumnya, permukaan yang berwarna putih, seperti salju, memiliki tingkat albedo tinggi.
Namun ganggang salju menutupi permukaannya sehingga sinar matahari terserap dan sulit dipantulkan kembali. Akibatnya, fenomena ini turut mempercepat mencairnya gletser dan salju serta pemanasan global.
Dalam jurnal Nature Communications disebutkan bahwa perkembangan ganggang salju sangat dipengaruhi air dan sinar matahari. Pertumbuhan ganggang salju yang tak terkontrol bermula pada musim panas saat matahari bersinar cerah dan es pun berubah menjadi air. Selama musim panas, ganggang terus bertumbuh dan pada musim dingin mencairkan gletser serta salju.
Stefanie Lutz, postdoctoral di German Research Centre for Geosciences GFZ dan University of Leeds, berkata, “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa ‘efek bio-abledo’ sangat penting dan harus dipertimbangkan untuk iklim pada masa depan.” Selain itu, fenomena ini memiliki “runaway effect”. Jika gletser dan salju terus mencair, ganggang salju akan terus tumbuh dan mempercepat tingkat pencairan.
DAILYMAIL | IQRA ARDINI | ANTO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini