Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Swiss Bantu Unair Rp 8 Miliar untuk Riset Vaksin Flu Burung  

Selain melibatkan Unair, riset vaksin flu burung yang didanai pemerintah Swiss ini melibatkan Universitas Lausanne dan Universitas Jenewa.

30 Maret 2017 | 10.06 WIB

Universitas Airlangga. unair.ac.id
Perbesar
Universitas Airlangga. unair.ac.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Surabaya - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mendapat kepercayaan untuk mengembangkan riset vaksin flu burung atau avian influenza dari pemerintah Swiss. Melalui Swiss National Science Foundation (SNSF) dan Swiss Agency for Development and Cooperation, pendanaan sebesar 495.000 Swiss Franc atau setara Rp 8 miliar dikucurkan dalam bentuk proyek pengembangan formulasi vaksin antara kedua negara.

“Proyek yang didanai Swiss ini melibatkan tiga kampus, Universitas Airlangga, Universitas Lausanne, dan Universitas Jenewa,” ujar Kepala Pusat Riset Avian Influenza Unair (AIRC) Prof Nidom CA, sekaligus pimpinan proyek di Indonesia, dalam jumpa pers, Rabu, 29 Maret 2017.

Selama tiga tahun, ketiga universitas itu bakal bekerja sama membuat vaksin flu burung terbaik yang merupakan virus pandemik. Tujuannya mempersiapkan Indonesia dan negara-negara dunia lainnya menghadapi wabah besar (outbreak) yang sewaktu-waktu dapat terjadi. "Kami akan menyiapkan formula terbaik," kata Nidom.

Ini bukan kali pertama Unair bekerja sama dengan kampus dari Swiss. Pada 2014, pihaknya pernah menjalin kerja sama dengan Universitas Lausanne mengenai riset vaksin dalam skala kecil.

Dalam proyek bersama ini, Universitas Lausanne akan membantu mengembangkan formulasi adjuvant (senyawa campuran), Universitas Jenewa mengembangkan teknik delivery method (metode pengiriman), sedangkan Unair mengembangkan seed vaccine (vaksin biang). “Kami berbagi tugas karena masing-masing universitas memiliki keunggulan,” ujar Nidom.

Untuk mendukung kelangsungan proyek ketiga universitas, menurut Nidom, pihaknya segera membangun laboratorium pusat formulasi vaksin. Selain melakukan perbaikan formulasi vaksin, laboratorium tersebut ditujukan untuk menghubungkan dunia riset dasar dengan industri.

Peneliti Universitas Jenewa, Prof Gerrit Borchard, menambahkan, Swiss ditunjuk langsung oleh World Health Organization (WHO) untuk mengembangkan one shoot vaccination dengan formulasi spesifik berupa nanopartikel. Unair digandeng karena dinilai memiliki fasilitas dan kapasitas yang mumpuni untuk merealisasikannya, mulai sampel virus penyakit hingga peralatan. “Kualitas peneliti Indonesia tak kalah dengan negara lain,” katanya.

Tak hanya Unair, para peneliti universitas dan institusi lain juga didorong berpartisipasi mengembangkan formulasi vaksin. Untuk itu, Unair menggelar “Swiss-Indonesia Vaccine Formulation Symposium” pada 29-30 Maret 2017 di Kampus C Unair, Surabaya. Ini merupakan simposium pertama yang digelar antara kedua negara dengan peserta sekitar 210 peneliti dari seluruh Indonesia.

ARTIKA RACHMI FARMITA


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nunuy Nurhayati

Nunuy Nurhayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus