Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Lainnya

Final Piala AFF 2020: Ini Perjalanan Karir Shin Tae-yong dan Alexandre Polking

Shin Tae-yong dan Alexandre Polking akan kembali beradu taktik pada final Piala AFF 2020 malam ini.

1 Januari 2022 | 13.08 WIB

Shin tae-yong. dok.PSSI
material-symbols:fullscreenPerbesar
Shin tae-yong. dok.PSSI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Final kedua Piala AFF 2020 antar Thailand vs Indonesia akan berlangsung pada malam ini, Sabtu 1 Januari 2022. Kedua tim sama-sama memiliki pelatih yang kaya akan pengalaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Alexandre Polking yang berada di kubu Timnas Thailand bukan pelatih sembarangan. Pria kelahiran Montenegro yang memiliki kewarganegaraan Brasil itu sangat paham dengan sepak bola di level Asia, khususnya Asia Tenggara dan Thailand.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polking merupakan mantan pesepakbola yang berposisi sebagai pemain sayap. Karirnya sebagai pemain memang tak terlalu mentereng. Polking tercatat pernah memperkuat tiga tim di divisi tiga dan dua Liga Jerman.

Dia pernah membawa timnya, Arminia Bielefeld meraih gelar juara divisi dua Liga Jerman dan promosi ke divisi utama pada musim 2003-2004. Sayangnya setelah itu dia dilepas ke tim SV Darmdstadt 98 sehingga gagal tampil di Bundesliga musim berikutnya.

Setelah tak mampu menembus tim divisi utama Liga Jerman, Polking hengkang ke Yunani. Dia sempat bermain untuk Olympiakos Nicosia selama satu musim sebelum hengkang ke klub Siprus APOEL FC.

Pensiun sebagai pemain pada 2007, Polking meneruskan karirnya di lapangan hijau dengan menjadi asisten. Awalnya dia menjadi asisten pelatih Winfried Schafer di klub Uni Emirat Arab, Al Ain. Dia ikut bersama Schafer hengkang ke FK Baku di Liga Azerbaijan.

Jalannya bersama Schafer kemudian terpisah pada 2011. Alexandre Polking terbang ke Afrika Selatan untuk menjadi asisten pelatih di klub Golden Arrows. Schafer kembali memanggil anak asuhnya itu saat menangani Timnas Thailand.

Tak hanya menjadi asisten Schafer di timnas senior, Polking sempat dipercaya menangani Timnas U-23 negeri Gajah Putih pada 2012. Di sinilah awal perkenalan dia dengan para pemain senior Timnas Thailand saat ini seperti Teerasil Dangda, Theerathon Bunmathan hingga Chatchai Bootpprom.

Akan tetapi masa bakti Polking di Timnas Thailand saat itu hanya sekejap. Pada Oktober 2012, dia menerima pinangan klub Liga Thailand Army United untuk menjadi pelatih kepala. Setahun berselang, dia pun pindah ke klub lainnya, Suphanburi dan akhirnya berlabuh di Bangkok United pada Juni 2014.

Bersama klub ibu kota Thailand itu nama Polking semakin berkibar di sana. Dia berhasil meraih gelar juara Liga Thailand pada musim 2016 dan 2018. Dia juga sempat tiga kali menerima penghargaan pelatih terbaik di sana sebelu memutuskan hengkang ke klub Vietnam, Ho Chi Minh City paada November 2020.

FAT, PSSI-nya Thailand, memanggil Polking kembali setelah pelatih asal Jepang Akhira Nishino gagal membawa Timnas Thailand ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Polking diumumkan menjadi pelatih pada 28 September 2021.

Hanya memiliki waktu tiga bulan untuk menghadapi Piala AFF 2020, pria yang juga akrab disapa dengan Mano Polking itu membangun tim dengan para pemain yang sudah akrab dengan gaya permainannya. Teerasil Dangda cs yang pernah dia tangani di Timnas U23 kembali dia panggil, begitu juga dengan sejumlah anak asuhnya di Bangkok United seperti Manuel Bihr, Bordin Phala dan Tristan Do.

Tak heran jika kemudian pelatih berusia 45 tahun itu tak kesulitan meramu strategi untuk skuad Gajah Perang pada ajang Piala AFF kali ini. Hasilnya, gawang Timnas Thailand saat ini baru kebobolan satu gol dan telah menciptakan total 16 gol dari tujuh laga.

Baca: Sudah Unggul 4-0 atas Timnas Indonesia, Thailand Tetap Ingin Tampil Menyerang

Shin Tae-yong di kubu Timnas Indonesia memiliki karir yang lebih mentereng. Setelah lulus kuliah dari Universitas Yeungnam pada 1991, Tae-yong muda bermain selama 12 tahun bersama klub Seongnam Ilhwa Chunma.

Sebagai pemain, dia pernah mendapatkan julukan sebagai Si Rubah karena kemampuannya dalam menggiring bola dan melepaskan umpan dengan sangat cerdik.

Dia pernah meraih gelar Pemain Muda Terbaik Liga Korea Selatan pada 1992. Dia juga menjadi pemain kunci bagi klubnya dalam menjuarai kompetisi itu selama tiga tahun beruntun pada periode 1993-1995.

Tae-yong bahkan pernah membawa klubnya meraih trofi Kejuaraan Antar Klub Asia 1995, saat ini bernama Liga Champions Asia. Dia pun menyabet gelar pemain terbaik saat itu.

Setelah menyumbangkan 14 trofi dan menjadi legenda di Seongnam, Tae-yong menghabiskan karirnya bersama klub Liga Australia, Queensland Roar sebelum ganting sepatu pada 2005.

Di level internastional, Shin Tae-yong juga pernah merasakan bermain di Timnas Korea Selatan. Dia pernah membawa skuad Negeri Ginseng melaju ke babak perempat final Piala Asia 1996 meskipun skuad Negeri Ginseng akhirnya pulang dengan kekalahan 2-6 dari Iran.

Usai gantung sepatu, Tae-yong menimba ilmu sebagai asisten pelatih di Queensland Roar di bawah asuhan Miron Bleiberg dan Frank Farina. Tiga tahun di Negeri Kangguru, mantan klubnya memanggil. Tae-yong awalnya hanya ditunjuk sebagai pelatih pengganti dan sukses membawa tim itu menempati posisi kedua Liga Korea Selatan dan Piala Korea 2009.

Setahun berselang, dia membawa klub itu menjuarai Liga Champions Asia dan Piala Korea. Dia menjadi orang pertama yang memenangkan kejuaraan itu baik sebagai pemain maupun pelatih. Dia mundur pada 2012 setelah Seongnam mendapatkan hasil buruk.

Baca: Pemain Timnas Indonesia Diminati Klub Luar Negeri, Begini Komentar Shin Tae-yong

Dua tahun berselang, Tae-yong ditunjuk menjadi asisten Pelatih Timnas Korea Selatan di bawah asuhan Uli Stielike. Sukses Korea mencapai final Piala Asia 2015 membuat nama Tae-yong semakin berkibar. Pasalnya, meskipun berstatus sebagai asisten, dia dianggap sebagai pengatur strategi di skuad asuhan Stielike yang mencapai final kejuaraan itu untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sayangnya Korea Selatan kalah 1-2 dari Australia pada partai puncak setelaah melalui babak tambahan.

Dia juga menangani Timnas U-23 Korea Selaatn pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Korea Selatan menjadi juara grup dan disingkirkan Honduras pada perempat final.

Setahun bersleang, dia juga membawa Timnas U-20 Korea Selatan yang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Korea Selatan lolos hingga babak 16 besar namun harus tersingkir setelah dikalahkan Portugal 1-3.

KFA, PSSI-nya Korea Selatan, memecat Stielike pada Juli 2017 setelah mereka mendapatkan hasil buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Shin Tae-yong yang ditunjuk sebagai penerus Stielike akhirnya mampu membawa timnya merebut satu tiket ke putaran final yang digelar di Rusia. Dia juga berhasil membawa Korea Selatan meraih gelar juara Piala Asia Timur 2017 dengan mengalahkan rival abadinya Jepang pada tahun itu.

Sayangnya, Korea Selatan tak bisa berbuat banyak di Piala Dunia 2018. Son Heung-min cs kalah 0-1 dari Swedia dan 1-2 dari Meksiko pada dua laga awal babak penyisihan grup.

Tak memiliki peluang untuk lolos ke babak berikutnya, Korea Selatan harus menghadapi Jerman yang harus menang besar untuk bersaing dengan Meksiko dan Swedia.

Akan tetapi kejutan terjadi pada akhir pertandingan. Skor 0-0 selama 90 menit berubah setelah Kim Young-gwon menjebol gawang Manuel Neuer pada menit kedua waktu tambahan. Korea Selatan pun dipastikan tak pulang dengan tangan hampa setelah Son Heung-min mencetak gol kedua empat menit berselang.

KFA tak memperpanjang kontrak Shin Tae-yong sehingga akhirnya dia menerima lamaran PSSI untuk menjadi pelatih Timnas Indonesia pada Desember 2019 dengan kontrak hingga 2023.

Baca: Soal Kontrak dengan PSSI, Shin Tae-yong Minta Publik Tak Khawatir

Sayangnya langkah Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia tak mulus. Hanya empat bulan melatih, badai Covid-19 menerpa tanah air dan kompetisi sepak bola pun dihentikan.

Hal itu membuat si pelatih sempat kesulitan untuk memilih pemain. Padahal dia dibebani banyak target. Tugas pertama Tae-yong adalah menyelamatkan muka Timnas Indonesia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia putaran kedua.

Saat itu, Timnas Indonesia telah menelan lima kekalahan dari Malaysia, Thailand, Vietnam dan Uni Emirat Arab di bawah asuhan Pelatih Simon McMenemy. Skuad Garuda praktis tak memiliki lagi peluang untuk lolos ke putaran ketiga.

Dengan tiga laga tersisa, peluang Indonesia adalah meraih posisi ketiga atau keempat demi lolos ke kualifikasi Piala Asia 2023 secara otomatis.
Dalam persiapan menghadapi tiga laga itu, Shin Tae-yong sempat kembali ke Korea Selatan karena ketidakpastian kompetisi di tanah air. Dia pun mendapatkan masalah karena dinyatakan positif Covid-19 pada Maret 2021, tepat sebelum dia berencana mengamati calon pemainnya yang bertarung di Piala Menpora 2021.

Alhasill, Timnas Indonesia berangkat ke Uni Emirat Arab untuk menjalani tiga laga sisa Kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan persiapan ala kadarnya. Tae-yong membawa tim dengan materi pemain muda ke sana.

Di Uni Emirat Arab, skuad Garuda sempat menebar harapan dengan menahan imbang Timnas Thailand dengan skor 2-2. Sayangnya mereka kalah 0-4 dari Vietnam dan 0-5 dari tuan rumah pada dua laga lainnya.

Selepas itu, Shin Tae-yong kembali menjadi sorotan karena kembali ke negaranya. Publik sepak bola tanah air sempat geram karena Tae-yong dinilai tak profesional.

Dia baru kembali ke Indonesia pada Agustus, setelah kompetisi Liga 1 dan Liga 2 kembali bergulir. Pria berusia 51 tahun itu lantas berburu pemain untuk Timnas Indonesia di berbagai level umur.

Setelah menjalani pemusatan latihan di Jakarta dan Turki, Shin Tae-yong akhirnya memilih 30 pemain yang akan dibawanya ke Piala AFF 2020. Skuad Garuda mayoritas berisi pemain di bawah usia 23 tahun.

Hal itu pula yang membuat Witan Sulaeman cs sempat dipandang sebelah mata. Bergabung di Grup B, Timnas Indonesia harus bersaing dengan juara bertahan Vietnam dan mantan juara Piala AFF Malaysia.

Akan tetapi Shin Tae-yong berhasil membuktikan kemampuannya. Dia membuat Vietnam tak bisa menyarangkan gol pada laga ketiga dan membantai Malaysia 4-1 pada laga terakhir babak penyisihan grup.

Pada partai semifinal, Timnas Indonesia pun dianggap sebagai kuda hitam karena akan menghadapi tuan rumah Singapura. Setelah bermain imbang 1-1 pada laga pertama, pasukan Merah Putih akhirnya merebut tiket final dengan meraih kemenangan 4-2 pada laga kedua melalui drama babak tambahan.

Pada partai final kedua malam ini, Shin Tae-yong pun kembali mendapatkan ujian berat karena kalah 0-4 pada laga pertama. Dia pun berjanji anak asuhnya akan bermain lebih baik dan setidaknya meraih kemenangan meskipun tak menjanjikan bisa membalikkan keadaan.

Laga final kedua Piala AFF 2020 antara Thailand vs Indonesia akan berlangsung pada Sabtu malam 1 Januari 2022 pukul 19.30 WIB. Laga ini akan disiarkan secara langsung oleh iNews, RCTI dan ChampionsTV1.

AFF|AFC| FIFA| THE KOREA HERALD|TEMPO.CO

Baca: Prediksi Final Kedua Piala AFF 2020 Thailand vs Indonesia Malam Ini

Febriyan

Lulus dari Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada pada 2009 dan menjadi jurnalis Tempo sejak 2010. Pernah menangani berbagai isu mulai dari politik hingga olah raga. Saat ini menangani isu hukum dan kriminalitas

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus