Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya sudah ada 18 pelatih asing yang menangani tim sepak bola Indonesia dari era 1950-an sampai sekarang di Asian Games 2018. Dari tim nasional senior sampai karegori Timnas U-23 dengan tambahan tiga pemain senior.
Baca: Timnas U-23 Ditekuk Palestina, Ini Kata Luis Milla dan Andritany
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah sempat menimbulkan rasa optimistis ketika Timnas U-23 asuhan pelatih Luis Milla mengalahkan Taiwan 4-0 pada pertandingan pertama Grup A di Stadion Patriot, Bekasi, pada Rabu lalu, 15 Agustus 2018, mereka dikalahkan Palestina 2-1.
Baca: Asian Games 2018: Timnas U-23 Kalah, Ini Pembelaan Luis Milla
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memang masih ada dua pertandingan lagi di Grup A melawan Hong Kong dan Laos. Timnas U-23 masih berpeluang lolos fase grup. Tapi, penampilan mereka yang kedodoran melawan Palestina, menimbulkan pertanyaan.
Terlalu singkatkah buat pelatih asing seperti Milla untuk menaikkan standar permainan tim Indonesia dalam waktu dua tahun?
Baca: PSSI: Hasil Asian Games 2018 Tentukan Nasib Luis Milla
Pelatih asing datang dan pergi di Indonesia. Berikut catatan sepak terjang mereka.
1. Choo Seng-quee (Singapura) 1951
Menangani tim Indonesia pada Asian Games 1951 dan melangkah sampai perempat final. Pada 1953, ia membawa tim Indonesia mengalahkan Hong Kong Interport 4-1, Hong Kong Selection 3-2, dan Hong Kong Combined Chinese 5-1 dalam pertandingan uji coba.
2. Toni Pogacnik (Yugoslavia) 1954
Toni membawa tim Indonesia menahan Uni Soviet 0-0 pada perempat final Olimpiade Melbourne 1956, sebelum kalah 0-4 pada pertandingan ulangan.
Pada Asian Games 1954 di Manila, Filipina, Toni sudah membawa tim Indonesia menembus semifinal dan merebut medali perunggu pada Asian Games 1958 di Tokyo, Jepang.
Tapi, ketika Indonesia pertama menjadi tuan rumah Asian Games 1962, yaitu di kawasan Gelanggang Olahraga Bung Karno, Senayan, Jakarta, Toni gagal meloloskan tim Merah-Putih dari fase grup.
Hal itu terjadi lantaran skuad Toni sudah tidak optimal. Pasalnya, sebagian pemainnya dipecat karena terlibat skandal suap pada masa persiapan.
3. Wiel Coerver (Belanda) 1975
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, pernah dipenuhi 120 ribu penonton sepak bola. Hal itu terjadi ketika pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, memimpin Iswadi Idris, Waskito, Suaeb Rizal, Risdianto, Junaedi Abdillah, dan kawan-kawan menghadapi Korea Utara pada partai final kualifikasi ke Olimpiade Montreal 1976 Zona Asia.
Pertandingan legendaris itu terjadi setahun sebelumnya. Di Stadion Gelora itu, Indonesia mengalahkan Papua Nugini dan Malaysia, menahan Singapura 0-0, serta dikalahkan Korea Utara.
Dengan hasil itu, tim asuhan Coerver lolos ke putaran final dan kembali menghadapi Korea Utara. Kali ini, pasukan Coerver mampu menahan 0-0 tapi kalah 4-5 pada adu penalti.
Setelah itu, Coerver terlibat sebagai penasihat tim nasional PSSI ketika meraih medali perak SEA Games 1979 di Jakarta.
4. Frans van Balkom (Belanda) 1978
Balkom ditargetkan menjuarai SEA Games 1981, lolos kualifikasi Olimpiade 1980, dan kualifikasi Piala Dunia 1982. Ia hanya sempat mengerjakan tugasnya pada kualifikasi Olimpiade 1980 dan gagal.
5. Marek Janota (Polandia) 1979
Janota menangani Persija Jakarta sebelum ditunjuk PSSI menjadi pelatih tim Indonesia untuk SEA Games 1979. Pada ajang pemanasan, yaitu mengikuti Piala Kirin 1979 di Jepang, tim asuhan Janota digilas Tottenham Hotspur, Fiorentina, dan Jepang. Janota kemudian mundur
6. Bernd Fischer (Jerman) 1980
Fischer ditargetkan membawa Indonesia meraih medali emas SEA Games 1981. Tapi, ia hanya berhasil membawakan perunggu.
7. Anatoli Polosin (Rusia) 1987
Pelatih asal Rusia ini terkenal dengan fokusnya menggenjot fisik dan stamina para pemain Indonesia. Ada pemain yang tidak tahan, seperti Jaya Hartono, memilih mundur.
Hasilnya dengan para pemain yang bisa berlari sepanjang empat kilometer dalam 15 menit adalah medali emas pada SEA Games 1991 di Manila. Emas itu belum bisa diraih lagi oleh Indonesia, termasuk di tangan pelatih terakhir Luis Milla, pada SEA Games 2017. Timnas U-23 asuhan Milla hanya meraih perunggu.
8. Ivan Toplak (Yugoslavia) 1991
Toplak gagal membawa Indonesia tampil bagus pada kualikasi Piala Dunia 1994 dan hanya menempati peringkat keempat SEA Games 1993.
9. Romano Matte (Italia) 1993
Setelah menangani tim PSSI Primavera, Matte menangangi tim Indonesia pada SEA Games 1995. Mereka mengalahkan Kamboja 10-0 tapi gagal lolos fase grup.
10. Henk Wullems (Belanda) 1996
Saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 1997, pelatih Bandung Raya ketika menjuarai Liga Indonesia ini hanya bisa mengantarkan timnya meraih perak.
11. Bernard Schumm (Jerman) 1999
Schumm gagal membawa tim Indonesia berprestasi pada kualifikasi Olimpiade 2000 dan SEA Games 1999.
12. Ivan Venkov Kolev (Bulgaria) 2002
Kolev membawa tim Indonesia mencapai final Piala Tiger 2002. Pada putaran final Piala Asia 2004 di Jakarta, mereka mampu mengalahkan Qatar 2-1 meski gagal lolos dari fase grup. Ia kemudian gagal di kualifikasi Piala Dunia 2010.
13. Peter Withe (Inggris) 2004
Withe membawa Indonesia kembali mencapai final Piala Tiger 2004 sebelum gagal lolos dari fase grup Piala AFF 2017.
14. Alfred Riedl (Austria) 2010
Riedl membawa Indonesia kembali menjadi peringkat pada Piala AFF 2010 dan 2016. Sebelumnya, pada Piala AFF 2014, ia gagal.
15. Wim Rijsbergen (Belanda) 2011
Prestasi kepelatihannya jauh di bawah ketenarannya sebagai pemain Belanda pada final Piala Dunia 1974 dan 1978. Ia dipecat PSSI setelah tim asuhannya tampil buruk di kualifikasi Piala Dunia 2014.
16. Jacksen F. Tiago (Brasil) 2013
Salah satu ikon Persebaya ketika menjadi pemain ini gagal membawa Indonesia meraih prestasi di kualifikasi Piala Asia 2015.
17. Pieter Huistra (Belanda) 2015
Ia semula ditunjuk menjadi direktur teknik tim nasional PSSI. Ia batal menjadi pelatih tim nasional untuk kualifikasi Piala Dunia 2018 dan kualifikasi Piala Asia karena FIFA menjatuhkan sanksi buat Indonesia.
18. Luis Milla (Spanyol) 2017
Mantan pemain gelandang bertahan Real Madrid dan Barcelona ini lama berkecimpung sebagai pelatih tim nasional junior Spanyol. Pada 21 Januari 2017, ia meneken kontrak dua tahun dengan PSSI.
Baca: Jadwal Timnas U-23 dan Klasemen Setelah Ditekuk Palestina
Ia membawa Tim Indonesia U-22 meraih perunggu pada SEA Games 2017 dan ditargetken membawa Timnas U-23 mencapai lagi semifinal Asian Games pada pergelaran 2018.