atau cari berdasarkan hari
Liang lahat untuk Febri Ardiansyah alias Mayang Prasetyo ternyata telah dipersiapkan sejak dua pekan lalu.
Jasad Mayang Prasetyo masih tertahan di kargo Bandara Radin Inten, Lampung Selatan.
Petugas listrik mengaku sempat masuk ke apartemen Mayang dan Marcus dan langsung mencium bau busuk.
Nining Sukarni, ibu Mayang, tidak menyangka Marcus Peter Volke akan menjadi pelaku pembunuhan anak sulungnya..
Mayang dan Volke bertemu di sebuah rumah bordil di Brisbane, Australia.
Setiap bulan dia rutin mengirimi ibu dan neneknya uang Rp 4 juta.
Dalam dokuemen kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan paspor Mayang sesuai dengan saat lahir.
Di salon kecantikan itu, sifat kewanitaannya semakin menjadi.
"Dia tidak pernah marah dipanggil bencong. Justru semakin memperlihatkan sifat wanitanya jika diledek dengan nama itu," kata Nining.
Di Lampung, kata temannya, hanya ada tiga tempat yang selalu disambangi oleh Mayang.
Pengubahan nama dilakukan setelah Febri yang memiliki panggilan kesayangan Ebi itu hidup di Bali.
Paspor Mayang Prasetyo dikeluarkan Imigrasi Denpasar pada 2011 atas nama Febri Andriansyah.
Mayang dikenal sebagai orang yang ceria, sedangkan Volke lebih pendiam dan misterius.
Mayang mempromosikan dirinya secara online dan masuk ke dalam golongan "waria Asia kelas atas".
Kepada ibunya, Mayang mengaku bosan tinggal di Brisbane dan lebih memilih Bali, di mana ia dan Volke juga sudah memiliki rumah.
Volke memiliki dua halaman Facebook yang cukup aktif mengkampanyekan perlawanan terhadap kekerasan pada perempuan dan hewan.
Mayang diduga adalah perempuan penghibur papan atas yangmengiklankan dirinya melalui Internet.