Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Abdul Khafi Syatra menulis puisi yang disiarkan di berbagai media.
Ia mengeksplorasi kopi dalam puisi-puisinya kali ini.
Puisi-puisi ini juga mengeksplorasi kopi.
Americano
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hitam, seperti lubang waktu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
menghisap pagi ke inti kelam.
Pahit, tajam,
mengiris langit-langit ingatan.
Gelombang asap—sebuah gaung,
menari di udara hampa,
berbisik nama yang tak kukenal.
Cangkir itu bukan cangkir.
Ia adalah dunia,
penuh kerut peta yang tak pernah kubaca.
Seruput pertama,
aku mendengar
jeritan kacang yang terbakar.
Seruput kedua,
hutan hujan runtuh di lidahku.
Di dasar cangkir,
seekor burung merpati terbang mundur,
sayapnya meninggalkan jejak hitam pekat.
Aku bertanya,
“Americano, siapa namamu sebenarnya?”
Tapi jawabannya hanya gema,
gema dari kekosongan.
Saat cangkir itu kosong,
aku menjadi penuh—
penuh dengan yang tak kumengerti.
Bengkulu 2024
Cold Brew
Gelap membeku,
rindu mengendap.
Di dasar kaca,
jam tidur karam,
mengaduk waktu
tanpa arah.
Tetesan sunyi
membelah malam,
menghujam dada
seperti hujan
yang tak pernah selesai.
Bibir cangkir retak,
mengucap rahasia
tanpa suara.
Pahitnya—
bukan pada rasa,
tapi pada tatapan
yang mencair,
perlahan
menjadi esok.
Kopi dingin,
jiwa hangus.
Siapa yang pertama pergi?
Bengkulu 2024
Abdul Khafi Syatra adalah santri PP Kutub Hasyim Asy’ari Yogyakarta dan kini tinggal di Bengkulu. Karyanya disiarkan di berbagai media sejak 2006.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo