Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Produser film Ada Apa Dengan Cinta? Mira Lesmana tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang memblokir situs-situs film seperti Vimeo dan Netflix.
Pemerintah melalui Kementerian Informasi dan Informatika memblokir situs Vimeo sejak Mei 2014. Sempat ada wacana membuka situs asal Amerika itu pada awal tahun ini. Sementara untuk Netflix diblok oleh perusahaan telekomunikasi milik pemerintah, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., sejak Januari 2016 lalu.
Menurut Mira, keberadaan situs-situs itu menguntungkan para sineas atau praktisi film nasional. "Kalau ada film yang mau diikutkan ke festival (internasional), tidak perlu jauh-jauh, tinggal upload videonya," kata Mira dalam wawancara khusus Tempo, Kamis 11 Februari 2016 lalu. "Netflix membuat kita punya akses lebih untuk menikmati film-film bagus," imbuh dia.
Berikut ini petikan wawancaranya.
Bagaimana sikap Anda terhadap pemblokiran Vimeo dan Netflix oleh pemerintah?
Vimeo menurut saya ada salah persepsi. Saya sempat dihubungi (Menteri Komunikasi dan Informatika) Rudiantara untuk dimintai pendapat. Menurut saya, Vimeo sebenarnya tidak seperti Netflix. Dia adalah media di mana orang sinema dari seluruh dunia berinteraksi. Kalau ada film yang mau diikutkan ke festival, tidak perlu jauh-jauh, tinggal upload videonya, kirim link-nya, dan ada password-nya. Kalau Vimeo ditutup, itu saya tidak sepakat. Netflix juga. Kalau Netflix malah bagus banget. Saya bukan orang yang anti-terbukanya arus informasi. Adanya Netflix membuat kita punya akses lebih untuk menikmati film-film bagus dengan cara yang benar. Ketimbang beli bajakan.
Jadi tidak setuju Vimeo dan Netflix diblokir?
Sama sekali tidak setuju.
Keberadaan Netflix tidakkah merugikan produsen film seperti Anda?
Memang dilematis soal keterbukaan ini. Selalu ada yang melihat dari kacamata berbeda, sama kayak sensor. Tidak mudah. Ketika kita tidak mau disensor, orang langsung bilang anarkislah, mau bikin film pornolah. Sangat sulit sekali menjelaskan apa manfaatnya dan apa dampak negatifnya. Yang dipusingkan menurut saya bukan soal apakah harus ditutup atau dibuka, tapi bagaimana jaminan keamanannya. Kalau dikhawatirkan bisa masuk hal-hal yang sifatnya tidak baik, seharusnya dipikirkan how we filter this. Kalau malas memfilter dan mencari cara gampang, akhirnya diblok semua.
Bagaimana masa depan perfilman kita terkait dengan era keterbukaan informasi?
Kalau kita ngomong arus informasi, ada prediksi bioskop itu suatu hari nanti tidak akan sebesar sekarang. Untuk mengakses film, orang tak perlu susah-susah ke bioskop. Karena ada pilihan web series, film digital, dan sebagainya. Ini sesuatu yang sedang dialami oleh banyak negara. Ketika orang berpikir dunia sinema sudah berakhir dan semua akan beralih ke digital, ternyata bioskop masih bertahan, walaupun genre film yang diproduksi memang berbeda. Kalau kita lihat Hollywood, semua action dan mengandalkan CGI (computer-generated imagery), sementara kita untuk membuat yang seperti itu masih susah sekali.
TITO SIANIPAR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini