Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Kesederhanaan, dengan mulut

Grup penyanyi paduan suara dari australia: the leonine consort dengan peralatan dan gaya sederhana, di studio rri jakarta.(ms)

7 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKERJAAN mereka memang hanya menyanyi bersama. Modalnya, mulut yang bisa mencang-mencong dengan luwes. Tentu saja "mulut itu harus sering dilatih," tutur salah seorang di antara mereka, "untuk menjaga kekompakan dan penguasaan tinggi-rendah atau besar-kecil suara." Dengan modal itulah The Leonine Consort (TLC), grup penyanyi paduan suara dari Australia, terdiri empat pria dan empat wanita ini, unjuk kebolehan di Medan, Jakarta dan Denpasar di hari-hari akhir Februari yang lalu. Hasilnya: memang boleh. Kelebihan koor, seperti dibuktikan TLC, meski tanpa instrumen sebiji pun, bisa mengangkat sebuah nyanyian sederhana menjadi kaya warna. Sebuah nyanyian berasal dari abad ke-16, bercerita tentang kematian seekor angsa, misalnya Kalau dia mati nanti, kata angsa itu, "yang tinggal hanyalah angsa-angsa buruk, yang bodoh, jauh dari bijaksana." Itulah Angsa Perak ciptaan Orlando Gibbons (1583-1648). Disentuh Disain Tapi yang tampil di Studio RRI Jakarta Kamis pekan lalu, lebih dari itu. Seolah kita saksikan sendiri seekor angsa sedang beenang di sebuah danau besar yang sejuk. Bunyi kepak sayap memukul air, bunyi desir air tersibak cakar, seperti hadir dengan nyata. Dan keangkuhan angsa perak itu dengan indah menjelma dalam diri ke-8 orang anggota TLC yang berderet rapi di panggung. Mereka tak hanya buka suara. Kadang ada gelengan kepala, gerakan bahu, tangan atau sedikit hentakan kaki. Grup ini berdiri 1964 di Sydney. Pada mulanya mereka berkumpul lebih hanya sebagai pengisi waktu senggang saja. Baru 14 tahun kemudian, 1978, TLC menjadi grup yang benar-benar profesional. Tiga anggotanya yang menjadi guru sekolah tak lagi mengajar. Dua yang bekerja keluar dari pekerjaannya. Dan dua anggota yang masih mahasiswa dengan ikhlas tak melanjutkan kuliahnya. Juga si Charles Colman, 45-an tahun, pimpinan TLC, berhenti dari berbagai jabatan pimpinan musik, sepenuhnya hanya mengelola grup ini. Hasilnya, selama tiga tahun terakhir ini mereka konon dikenal di seantero sudut Australia. Dua piringan hitam, Balmain Collection dan Jump Down Turn Aound, dua album berisi nyanyian rakyat sampai dengan lagu-lagu ciptaan komponis dunia macam Bach dan Monteverdi, muncul. Dan tahun ini, untuk pertama kalinya, dengan biaya dari Pemerintah Australia TLC keliling ke negara ASEAN. Itu semua berhasil diraih oleh ke-8 penyanyi itu dengan disiplin tinggi. Minimal tiga jam tiap hari mereka berlatih bersama. Untunglah, kedelapan mereka tinggal di Sydney. Mereka telah mempunyai koleksi sekitar 150 lagu berasal dari abad ke-15 sampai kini, dari berbagai negara Eropa, Amerika dan Australia sendiri. Toh, dengan popularitas seperti itu, dengan 150 kali pertunjukan selama tiga tahun, TLC tak bisa hidup dari penjualan karcis. "Kami mendapat sumbangan uang dari pemerintah," tutur Colman. Berapa besarnya? Dengan agak sungkan, lelaki berambut tipis, berkacamata, dengan tinggi tak lebih 160 cm, menjawab: "Kira-kira 40% pendapatan kami berasal dari sumbangan itu." Maka kesederhanaan mereka mungkin memang suatu keharusan. Tapi dengan hanya kemeja pendek putih atau merah jambu dan celana warna kuning-kecoklatan -- bagi yang pria -- dengan rok berpotongan biasa-biasa saja dengan warna hitam atau putih -- bagi yang wanita -- terasa kesederhanaan di situ disentuh disain. Ini sesuai dengan yang mereka bawakan. Lagu-lagu rakyat, sebagian besarnya, memang lagu-lagu sederhana. Lagu yang bisa didendangkan seorang anak gembala di tengah padang tanpa harus dipelajari dengan susah payah. Tapi, tentu saja, tak berarti tak ada keindahan atau sesuatu yang lain muncul dari itu. Apalagi kalau memang ada disain -- rencana untuk mengembangkan apa yang simpel itu. Maka lagu Sambalele dari India Barat bisa sangat lucu dibawakan TLC. Lagu itu berkisah tentang seorang muda yang mencoba menarik perhatian seorang gadis. Ia mencoba mendapatkan sebuah mangga, dengan melempar batu mangga itu -- tapi malang batu yang dilemparkannya jatuh mengenai kepalanya sendiri. Ia mencoba menangkap kelinci dengan perangkap, tapi kakinya sendirilah yang terperangkap. Dan ketika ia mencoba menjadikan tubuhnya tinggi, dengan egrang, justru ia terjungkir -- kepalanya membentur tanah. Dan sesungguhnya: salah satu keberuntungan TLC ialah mereka bisa mendapatkan lagu-lagu dengan lirik sederhana, tapi kena. Ini mengingatkan kita pada Ebiet, Franky & Jane, Gombloh atau Leo Kristi -- dengan segala perbedaannya, tentu --yang mengesan karena liriknya yang menarik. Colman, pimpinannya, memang sarjana musik dari Universitas Sydney. Kemudian berpengalaman memimpin berbagai grup musik koor. Nampakra ia puas dengan penonton Jakarta malam itu, yang tak malu-malu ikut bertepuk tangan ketika sebuah lagu memang membutuhkan tepuk tangan banyak orang. Mengapa Leonine Consort? Inilah tutur Colman. Consort, katanya adalah kelompok kecil pertunjukan. Dan Leonine, diambil dari nama Leoninus, komponis yang hidup di Paris di abad ke-12, yang konon pertama kali meng khususkan diri mencipta musik untuk koor. "Kami percaya bahwa tradisi yang dimulai Leoninus dan kawan-kawannya masih berkembang sampai kini," kata Colman pula. Ada komentar dari Soebronto K. Atmodjo, pelatih paduan suara Swarna Gita: "Mengagumkan. Kecuali kompak, kemampuan musikal masing-masing juga hebat." Kecuali itu, ia pun kagum pada penguasaan repertoar dari TLC ini. Ini mengingatkan kepada Remy Silado yang pernah mengeluh ketika menyiapkan Jesus Sang Bintang tempo hari. Kecuali susah mencari penyanyi yang bersuara tinggi, ia pun kesal dengan kemampuan interpelasi para penyanyi kita terhadap lirik yang sedikit di atas lirik lagu pop.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus