Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Berita Tempo Plus

Kritik Brilian Eko Nugroho

Seniman asal Yogyakarta itu menghadirkan beragam karya, dari patung, lukisan, hingga mural. 

 

30 Juli 2023 | 00.00 WIB

Mural karya Eko Nugroho dalam pameran tunggal berjudul Cut The Mountain and Let It Fly di ROH Projects, Menteng, Jakarta, 26 Juli 2023. Tempo/ Indra Wijaya
Perbesar
Mural karya Eko Nugroho dalam pameran tunggal berjudul Cut The Mountain and Let It Fly di ROH Projects, Menteng, Jakarta, 26 Juli 2023. Tempo/ Indra Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Seniman Eko Nugroho menggelar pameran tunggal di ROH Projects, Jakarta, hingga 13 Agustus mendatang. 

  • Karya patung fiberglass menjadi andalan seniman asal Yogyakarta itu. 

  • Tantangan kehidupan pada masa pandemi dan serba modern menjadi tema pameran kali ini. 

Tembok setinggi sekitar 6 meter dan panjang 13 meter di sudut gedung pameran ROH Projects, Menteng, Jakarta Pusat, itu tidak lagi polos. Mural berkelir hitam dan putih menghiasi tembok yang terbagi menjadi tiga bagian. Musababnya, ada dua pula beton yang menjadi tulang dari tembok besar tersebut.

Mural tersebut bertema hutan dengan berbagai macam daun. Namun muncul beberapa pasang mata yang seakan-akan menggambarkan ada orang yang mengintip di balik rimbunnya hutan. Mural ini merupakan salah satu bagian dari pameran tunggal seniman Eko Nugroho, berjudul Cut the Mountain and Let It Fly, yang dihelat sejak 15 Juli lalu hingga 13 Agustus mendatang. 

Persis seperti judul pameran, lukisan mural dari cat semprot dan cat akrilik itu diberi judul yang sama. Uniknya, ibarat membeli gorengan yang digoreng dadakan, mural ini dibuat Eko beberapa hari sebelum pameran dibuka. "Saya kerjakan selama empat hari," kata Eko, Jumat lalu. 

Menurut Eko, lukisan mural ini bercerita tentang sebuah perjuangan untuk mewujudkan mimpi dan harapan. Pria berusia 46 tahun itu mengatakan muralnya ini sangat berat untuk dinikmati. Alasannya, lukisan tersebut cenderung meledak-ledak, kacau, serta harmonisasi visual yang saling menyakiti. Sama halnya dengan ego setiap manusia yang kontradiktif dengan kehidupan nyata. 

Gambaran hutan dan pepohonan yang rapat juga merefleksikan beratnya pertempuran yang dihadapi manusia saban harinya. "Bagaimana kita menyelamatkan diri, berusaha menata, mengembalikan hal-hal yang bisa dibilang nyata dan tidak nyata," kata Eko.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus