Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Pengusaha Ini Punya 3 Lukisan Gratis Karya Basuki Abdullah  

Pengusaha Dewi Motik memiliki tiga lukisan Basuki Abdullah secara gratis peninggalan orang tuanya.

8 September 2015 | 10.51 WIB

Lukisan Basuki Abdullah, Nyai Roro Kidul. nyairorokidul.com
Perbesar
Lukisan Basuki Abdullah, Nyai Roro Kidul. nyairorokidul.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Jakarta:Tahun ini sejumlah institusi seni merayakan 100 tahun Basuki Abdullah, pelukis ternama Indonesia yang dikenal dengan gaya realisnya. International Watercolor Society (IWS) Indonesia punya cara sendiri untuk merayakannya. Yaitu dengan memajang salah satu lukisan cat air Basuki Abdullah yang merupakan koleksi pribadi pengusaha Dewi Motik Pramono.

“Itu koleksi pribadi saya. Salah satu dari sedikit karya Basuki Abdullah yang menggunakan cat air,” kata Dewi Motik, sebelum pembukaan pameran perdana IWS, pekan lalu. Dewi Motik bukan punya satu melainkan tiga lukisan Basuki Abdullah yang diperolehnya secara gratis. Lukisan yang dipajang dalam pembukaan pameran itu merupakan lukisan ayah bundanya yang dilukis pada tahun 1942.

Dewi menuturkan bahwa pada saat itu, sekitar tahun 1942, Basuki Abdullah terpesona dengan kecantikan ibunya—bangsawan dari Lahat, Sumatera Selatan. Namun, maestro lukisan itu tahu melukis kecantikan perempuan dari Sumatera bisa menyinggung perasaan suaminya, ayah Dewi—pangeran dari Muara Enim, Sumatera Selatan. Basuki lalu meminta kedua orang tua Dewi yang saat itu menjadi tetangganya untuk dilukis. Lukisan itu diberikan Basuki kepada kedua orang tua Dewi dan dipamerkan dalam pembukaan pameran IWS di Galeri Nasional. Dalam lukisan itu, bunda Dewi Motik mengenakan kebaya dan songket duduk bersimpuh. Sementara suaminya berdiri dengan gagah di belakangnya.

Selain lukisan ini, Dewi Motik punya dua lukisan Basuki Abdullah yang diperolehnya secara gratis. Satu di antaranya bergambar dirinya. “Lukisan itu bergambar saya menari balet,” kata Dewi. Menurut Dewi, saat itu dia masih gadis dan baru pulang dari peragaan busana di Hong Kong. Basuki Abdullah yang melihat Dewi meminta izin untuk melukisnya. “Pak Basuki meminta saya berpose telanjang dan naik kuda. Saat itu rambut saya panjang sekali, dia ingin melukis saya sebagai Lady Godiva,” kata Dewi.

Namun, Dewi menolak pose telanjang. “Saya bilang saya bulan depan mau kawin,” katanya. Jadilah Dewi dilukis dengan busana. “Saya tidak menari balet sebenarnya, tapi dia melukis saya sedang menari balet,” katanya. Usai lukisan itu selesai dan diserahkan kepada Dewi, barulah Dewi mengatakan bahwa sang maestro pernah melukis orang tuanya bertahun-tahun silam.

Setelah kejadian itu, kata Dewi, Basuki Abdullah adalah kawan dekatnya. “Beliau memberikan lagi satu lukisannya pada saya,” katanya. Ketika meninggal pun, ujar Dewi, dia lah yang menjemput jasadnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

AMANDRA MUSTIKA MEGARANI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadriani Pudjiarti

Hadriani Pudjiarti

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus