Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bertablig memang bukan barang baru bagi Nur. Mantan Presiden Partai Keadilan ini terbiasa melakukan kegiatan itu sejak menjadi peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Bedanya hanya di masalah honor. Makin gede? Bukan begitu. Setelah menjadi menteri, Nur justru tak bersedia membawa pulang honor. Tepatnya, tak ada lagi yang berani menawarkan sekadar "ongkos transpor" baginya, kecuali kantor BPPT. Maklum, pengundang juga pasti bingung menduga berapa angka yang pantas untuk dai yang satu ini. Kenapa sih Nur menolak? "Bukan apa-apa. Saya tak mau dicap tukang ceramah," kata Nur tersenyum.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo