Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGAIMANA peranan bahasa Indonesia lagi oom-oom dan tante-tante
generasi tua? Rupanja tidak menggembirakan. Buktinja? Pada
madjalah Holla Herald, Puteri Mangkunegoro VIII berkata. " Tentu
sadja kami selalu berbitjara dalam bahasa Belanda". Djuga dalam
pendudukan Djepang, "kami tetap berbitjara dalam bahasa Belanda.
Saja selalu berpikir tjara Belanda, walaupun orang berbitjara
dengan saja itu memperguna kan bahasa Inggeris. Indonesia atau
Djawa sekalipun". Mengapa begitu'? Sang gusti puteripun
mejakinkan. "Tentu sadja harus begitu. Lebih-lebih karena pernah
ada hubungan untuk 300 tahun lebih lamanja'. Dan djanganlah
heran, kalau Gusti Puteri mendjadi pembatja jang setia --
semendjak dulu -- dari madjalah wanita Belanda Libelle. Bukan
Keluarga atau Mutiara.
Tjontoh lain? Raden Mas Hadjiwibowo, salah seorang dari tudjuh
direktur Unilever Indonesia. Tentu ini bukan suatu kebetulan.
karena keduanja berasal dari golongan jang berdarah biru. Raden
Mas Hadji ini senang akan bahasa "karena alun suara mewarnai
bahasa dan menghidupkan bahasa itu sendiri". Direktur bagian
hubungan masjarakat ini dulu pernah mendjadi pelaut pada AL
Belanda. Pernah beladjar ekonomi di Rotterdam tahun 1956
mendapat staff trainung dikota jang sama dari Unilever. Tetapi
bahasa apa jang dipakainja? Dalam curriculum vitae-nja,
Hadjiwibowo menulis-kan bahwa bahasa utama ialah Belanda. "Djawa
adalah bahasa jang saja pergunakan untuk memulai karier saja
didunia ini. Inggeris mendjadi bahasa jang ketiga. Dan bahasa
Indonesia, bagi saja adalah bahasa nomor empat...... ".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo