Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Berkunjung ke indonesia

Don juan carlos i & istrinya sri baginda ratu dona sophi, mengadakan kunjungan kenegaraan di indonesia dalam kesempatan ini ratu sophi a.l: mengunjungi taman mini indonesia indah dan borobudur.

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"HEI, Sophi, jangan jalan cepat-cepat. Lihat itu Presiden di belakang," kata Raja Spanyol Don Juan Carlos I kepada istrinya, Sri Baginda Ratu Dona Sophia. Pagi Minggu 2 November itu, Presiden dan Ny. Tien Suharto menerima tamu negara dari Spanyol tersebut di teras bangunan utama joglo Gedung Sasana Langen Budaya, Taman Mini Indonesia Indah. Dona Sophia, yang mengenakan baju potongan 'sederhana, melihat isi Museum Taman Mini dengan penuh perhatian. Ketika tiba di bagian wayang, sebelum pemandu menerangkan dengan cepat Sophia berkata: "Ah, ini saya tahu. Hanoman, raja semua kera." Juan Carlos sendiri (5 2 tahun) lebih tenang. Tubuhnya atletis (ia olahragawan layar), tinggi 1,92 m dan berat 80 kg. la mendengarkan semua keterangan Presiden Suharto yang juga jadi pandunya. Di tempat rencong Aceh Presiden misalnya berkata: "Dengan senjata ini, orang Aceh membunuh Belanda dan mempertahankan tanah airnya. " Hari itu kebetulan pula hari ulang tahun Dona Sophia ke42. Dan pagi-pagi Presiden dan istri telah me ngirim buket anggrek dikombinasikan dengan untai melati. Dalam acara makan siang di Caping gunung, disediakan nasi tumpeng khusus untuk . HUT. Presiden memberi kado wayang kulit Kresna. Ny. Tien memberi cawan onix Trenggalek -- dikombinasi dengan perak sebagai dasarnya -- serta sebuah ciuman. Di Spanyol sendiri HUT Ratu tidak dirayaka m terbuka. "Kami memang tidak pu nya kebiasaan itu," kata Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Alberto Pascual-Villar. Berbeda misalnya dengan Hari Nasional yang dirayakan besar-besaran: 12 Oktober. Juan Carlos sendiri lahir 5 Januari 1938. Seperti orang, Spanyol lainnya yang beragama Katolik, ia merayakan HUT-nya pada HUT ( orang Suci yang melekat pada namanya. Untuk sang raja: Dia del Santo del Juan, Hari orang Suci Juan. Juan Carlos I adalah cucu Raja Alfonso XIII, yang pada 1931 meninggalkan Spanyol karena krisis sosial. 1936 Jenderal Francisco Franco Bahamonde memimpin pemberontakan militer. Dan seiak 1939 Spanyol berada di bawah kekuasaan Caudillo -gelar sang diktator--sampai 22 November 1975. Alfonso XIII sendiri tidak pernah lagi Melihat kerajaannya, walau di tahun 1939 EL Caudillo mengembalikan kewarganegaraan dan semua harta kekayaannya yang disita tahun 1932. Ketika Juanito (panggilan kesayangan Juan Carlos I) berusia 10 tahun, keluarganya diperbolehkan kembali ke Spanyol. Ayah Juan, Don Juan juga namanya, berharap penuh akan mendapat tahtanya kembali dari El Caudillo. Tapi sang diktator lebih senang kepada Juanito, pemuda 16 tahun yang gemar olahraga dan spontan. Jadilah Juanito anak emas sang jenderal. Dan dua hari setelah Franco meninggal, November 1975, Juan resmi dilantik sebagai raja dalam negara monarki konstitusional. Juan Carlos I menikah dengan Sophia, putri Raja Paul I dari Yunani, 1962. El Caudillo, selain mengirim menteri angkatan lautnya sebagai utusan pribadi, juga ucapan selamat berupa 45.000 tangkai anyelir merah kuning -warna bendera Spanyol. Pesta meriah dihadiri tidak kurang dari 137 raja dan bangsawan Eropa. Dari perkawinan ini Juan dan Sophia dikaruniai 3 putra: Putri Elena (17 tahun), Putri Cristina (16 tahun) dan Felipe (12 tahun). Sebelum meninggal, Franco sudah menyetujui Felipe sebagai calon raja penerus. Pernah Juan berkata "Kita harus hidup seperti biasa, seperti sebelum saya jadi raja, Sophia." Dan Sophia pun sering mengantar anak-anaknya sendiri ke sekolah umum. Walaupun ada tempat duduk kerajaan dalam gedung konser warisan kuno, Raja dan Ratu sering duduk di kursi biasa -- dan membeli karcis sendiri. Di Jepang, 1971, Sophia pernah tergiur oleh seuntai kalung indah yang harganya lebih dari sejuta pesetas--sekitar Rp 8,5 juta. Dan Juanito menarik lengannya--berkata: Sophi, kita tak punya uang sebanyak itu. Itu hanya untuk para jutawan." Mungkin mereka memang tidak kaya. Tapi sang ratu adalah seorang yang lincah dan tidak menyembunyikan kegembiraan. "He, saya mau naik itu," katanya, sambil jarinya menunjuk kereta gantung (sky lift) di Taman Mini. Permintaan itu diulanginya lagi ketika makan siang di restoran Caping Gunung. Ny. Tien, yang tampaknya "mengasuh " Sophia, menjawab: "Tapi tidak ada dalam acara. Nanti bagaimana pihak protokol." Rombongan Raja Spanyol membawa 19 pejabat resmi, 7 tidak resmi, 4 sekretaris, 14 sekuriti, 10 pengurus rumah tangga Kerajaan dan 51 wartawan. Walaupun kedatangan mereka disambut hujan lebat di hari Jum'at petang, 31 Oktober, acara lainnya cukup lancar. Hari kedua Dona Sophia pergi ke Borobudur. Mahasiswi llmu Kemanusiaan (Humanities Science) yang ambil spesialisasi bidang arkeologi itu antusias sekali memotret sana-sini. Dan wartawan Spanyol yang turut mendaki Borobudur nampak bebas bercakap-cakap dengan ratunya. Selesai makan siang, Sophia melihat-lihat toko-toko suvenir kecil di situ. Ketika bertemu dengan bapak tua yang sedang mencoba gasing dagangannya, ia jongkok dan memperhatikan gasing bambu yang berbunyi nguung itu. "Lagi, Pak, dicoba yang betul," ujar Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam. Ratu, yang bahkan tidak mengenakan tiara pada jamuan kenegaraan (padahal ia punya nenek dari beberapa kerajaan Eropa di akhir abad ke-19 yang tentulah sangat kaya), juga tidak gemar daging--kecuali ikan. Karena itu ketika makan siang di Borobudur lauk pauknya ikan melulu. Di Restoran Oasis Jakarta rombongan tidak disediai daging. "Dan ia menghabiskan semua hidangan yang disuguhkan," kata Dr. Haryati Subadio, Dirjen Kebudayaan Departemen P & K yang menyertainya ke Borobudur. Pada jamuan kenegaraan 1 November malam, bistik panggang bagi Ratu ialah sayuran--dari luar mirip bistik sungguhan. Sementara Sophia ke Borobudur, Juan Carlos I ke Bandung--meninjau PT Nur tanio, perusahaan perakitan pesawat terbang yang mempekerjakan 32 orang tenaga ahli Spanyol. Toh kunjungan Raja Spanyol tidak membuahkan komunike bersama7 meski ada pembicaraan dua jam antara Menlu Mochtar dan Menlu Don Jose Pedro Perez Llorca (40 tahun). Pimpinan pemerintahan meman bukan pada Raja, melainka Perdana Menteri -- Adolfo Suarez Gonzalez, 48 tahun. Juan Carlos de Borbon y Borbon adalah lambang ikatan dengan sejarah: sebuah negeri yang tua (sekarang, dengan penduduk 34 juta), yang dengan restu Paus pernah menjajah separuh belahan bumi, yang pernah masyur dengan nama Andalusia di bawah pemerintahan berbagai kerajaan Islam selama 70 tahun, dengan berbagai bang unan peninggalannya di tengah kebun-kebun zaitun dan anggur. Dan dengan seorang penyair yang dikenang, Federico Garcia Lorca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus