Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Indra Rukmana, menerima pengaduan dari sejumlah pengecer koran. Kata anak-anak itu, polisi sering memarahi mereka ketika lagi menjajakan koran di jalanan. Dengan santai dan dalam suasana berdesak-desakan, Mbak Tutut memberi nasihat. "Pak polisi kita itu baik hati. Jika dia sampai marah, mungkin adik-adik mengganggu arus lalu lintas," katanya. Mbak Tutut meminta agar anak-anak itu tak perlu berkecil hati. Mereka diminta pantang menyerah. "Memangnya, kalian mau disebut pemuda santai?" tanya Tutut. Anak-anak itu, yang sengaja diundangnya ke Ancol Ahad pekan lalu, dalam kaitan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, serempak menjawab, "Tidak...!" Seusai dialog resmi, Mbak Tutut, yang hari itu bercelana hitam dan berkaus putih, mampir ke sebuah warung. Beberapa anak masih mengerumuninya. Dialog tak resmi pun berlanjut. Tutut menggelar kesannya tentang dunia anak-anak. Kesetiakawanan sosial harus dimulai dari anak-anak. Dan Tutut pun teringat kesetiakawanannya di masa lalu. "Sejak kelas 2 SD, saya sudah mengumpulkan koran dan majalah bekas untuk dikirim ke teman-teman," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo