Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Olahraga panahan bukan cinta pertama Diananda Choirunisa, 20 tahun. Sebelum jago melepaskan anak panah, atlet panahan yang disiapkan untuk Asian Games 2018 ini menekuni olahraga bela diri. “Waktu masih kecil, seringnya ikut Papa latihan silat," ujarnya saat ditemui di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu dua pekan lalu. Sang ayah, Zainuddin, asal Jawa Timur, kala itu merupakan pesilat nasional. Namun, ketika duduk di kelas II sekolah dasar, Nisa berputar haluan menekuni panahan, mengikuti jejak ibunya, atlet panahan Jawa Timur, Ratih Widyanti. Sang ibu berhasil meyakinkan Nisa untuk menekuni panahan. Nisa kecil pun mulai berlatih memanah di Lapangan Panahan KONI, Surabaya. “Sampai sekarang masih latihan di situ," kata mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya, ini. Setelah lebih dari 13 tahun menekuni panahan, ia mengaku belum pernah merasakan jenuh. Selain menyenangkan, panahan melatihnya menjadi pribadi yang lebih berfokus. Pilihannya itu tak keliru. Prestasinya di cabang panahan moncer. Selama tampil di SEA Games, ia telah meraih tiga medali emas, masing-masing satu emas dalam SEA Games Naypyidaw 2013 pada nomor recurve beregu putri serta dua emas dalam SEA Games Kuala Lumpur tahun lalu pada nomor recurve perseorangan putri dan recurve beregu campuran.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo