Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada 1980, setelah menempuh kuliah program doktoral bidang sosiologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat, Arief Budiman kembali ke Indonesia. Namun gelar doktor itu tak menjamin dia gampang mendapat pekerjaan. Lamarannya menjadi dosen di sejumlah universitas negeri ditolak. Cap sebagai oposan dan tukang protes masih melekat. "Padahal saya sangat berharap bisa mengajar di dua kampus tersebut," katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo