Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMAIN lenong Bokir, 58 tahun, unjuk perasaan. Di pintu
rumahnya terpampang tulisan: siapa melarang Bokir tampil di TIM?
Terakhir ia tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 1980,
dengan lakon Anemer Kodok. "Sejak itu tak pernah muncul lagi,"
kata Bokir.
Apa pasal? Menurut Bokir setelah grup lenong Setia Warga
memenangkan festival topeng Betawi di TIM dua kali
berturut-turut, 1979 dan 1980, mereka tidak diperkenankan ikut
lagi. Kabarnya untuk memberi kesempatan perkumpulan lenong lain
berkembang.
Anggota Dewan Pekerja Harian Pusat Kesenian Jakarta S.M. Ardan
membantah adanya larangan main bagi Bokir di TIM. Ia menyebut
justru Bokir yang menolak tampil dikarenakan sibuk main film dan
acara lainnya. Padahal acara lenong di TIM itu paling banyak dua
kali setahun. "Barangkali karena sekarang lagi sepi yang nanggap
lenong makanya dia ribut," kata Ardan.
Bokir balik membantah. Ia mengatakan grup Setia Warga tak pernah
sepi dari order. "Makanya, kagak main di TIM juga kagak rugi,"
kata Bokir yang muncul setiap minggu di radio swasta Kejayaan,
Antar Nusa, dan Cakrawala. Untuk setiap pemunculan, juga kalau
main di tempat pesta sunatan, Bokir dibayar minimal Rp 400.000.
"Tak berbeda jauh dengan honor di TIM," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo