Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Meninggal Dunia

P.k ojong, meninggal dunia pada tgl 31 mei'80, beliau adalah pendiri dan pemimpin dari majalah intisari dan kompas, direktur pt. gramedia. sebelum terjun ke dunia pers, ia menjadi guru.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"BEBERAPA lama lagi kiranya saya bisa tinggal di rumah ini?'' Ketika P.K. Ojong SH mengucapkan kata-kata itu tak ada yang memperkirakannya sebagai "peringatan". Tidak juga Jakob Octama, pemimpin redaksi harian Kompas yang mendengarnya. Dan P.K. Ojong, 60 tahun, memang hanya sebulan bisa menempati rumah baru di kompleks perumahan Permata Hijau, Senayan, Jakarta. Petrus Kanisius Ojong, yang dulu dikenal dengan Auwjong Peng Koen, meninggal dunia secara mendadak pada 31 Mei di rumah barunya yang besar itu, hanya sebulan pula sebelum ulang tahun ke-15 harian. Kompas yang didirikannya. Kelahiran Bukittinggi Sum-Bar, 25 Juli 1920, Ojong memulai karir kewartawanannya 1946. Selama 5 tahun ia menjadi anggota redaksi harian Keng Po dan mingguan Star Weekly sembari kuliah di Fakultas Hukum UI -- lulus 1951. Kemudian, 1963 ia ikut mendirikan dan memimpin majalah bulanan Intisari. Dua tahun kemudian diterbitkannya Kompas. Dan sejak 1970 ia menjadi direktur PT Gramedia. Dikenal sebagai orang yang gemar membeli dan amat mencintai buku, Ojong bahkan mengasuransikan koleksi buku milik Keng Po dan Star Weekly serta miliknya sendiri. Semasa hidupnya Ojong dikenal sebagai guru, sebelum terjun di dunia pers. Dia juga pernah dikenal sebagai pengarang beberapa buku. Antara lain buku tentang Perang Pasifik, yang dikumpulkan dari tulisan bersambung di mingguan Star Weekly yang pernah diasuhnya. Kemudian di Kompas, yang kini beroplah di atas 250.000 eksempar itu, almarhum juga pernah menjadi penulis tetap rubrik 'Kompasiana' yang keluar setiap awal minggu, tapi kemudian dihentikan. "Ia sangat lurus. Setiap ada kesulitan selalu mengajak saya memecahkannya," komentar Jakob Oetama, pemimpin redaksi/penanggungjawab Kompas. "la selalu kerja dengan keras, ,tidak mengenal lelah, jujur dan sederhana," sambungnya. Beberapa hari sebelum meninggal, menurut seorang wartawan Kompas, Ojong ingin memesan sebuah lukisan berukuran 2« m x 80 cm untuk dipasang di rumahnya yang baru itu. Tentu saja tak ada atau sangat jarang barang seukuran itu -- kalau itu lukisan. Almarhum meninggalkan seorang istri, 4 orang anak lelaki dan 2 orang anak perempuan. Jenaahnya dimakamkan di pekuburan Tanah Kusir, Jakarta, 4 Juni siang -- sesudah upacara Ekaristi Duka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus