"APOTIK hidup," adalah julukan yang diberikan kawan-kawannya.
Sebab ke mana pun pergi, ia selalu mengantongi bermacam obat
kencing manis dan darah tinggi -- 2 jenis penyakit yang
diidapnya sejak 40 tahun lalu, dan 17 Desember kemarin merenggut
jiwanya.
Almarhum, Prof Dr. KH. Aboebakar yang diberi nama belakang
'Atjeh' oleh Bung Karno, 1962, lahir di Banda Aceh 28 April
1906. Tokoh Syarekat Islam, Masyumi dan Muhammadiyah yang
kemudian menjadi anggota MPR (FKP) itu, sempat mendirikan
beberapa perpustakaan Islam di berbagai tempat. Antara lain di
Yogya, Banda Aceh dan Jakarta.
Beristri 2 orang. Dari istri pertamanya, Ny. Soewami (alm,
diperoleh 6 anak: 2 lelaki, 4 perempuan. Oleh anak-anaknya
Aboebakar dikenal sebagai ayah yang keras dalam prinsip, tapi
juga senang humor dan suka melakukan hal-hal yang terasa lucu.
Muhammad Furqan, anak ketiga, bercerita: ketika sang ayah
dirawat di RS Islam 3 tahun lalu, tiba-tiba ia menghilang dari
kamarnya. Ke mana? Dengan ambulans dia pergi ke Departemen
Keuangan dan memberi ceramah agama.
"Ayah memang sulit disuruh istirahat," ujar Umarah Sri Angsani,
anak pertama. "Tapi ketika sedang sehat ayah kuat baca buku
sepuluh jam sehari." Propagandis Golkar dalam Pemilu 1971 itu
selain gemar membaca juga banyak mengarang buku-buku tentang
Islam. Antara lain Sejarah Al Qur'an, Sejarah Ka'bah, Teknik
Chutbah, Riwayat Hidup Nabi Muhammad bersajak. Ada belasan judul
lagi, tapi rasanya tak ada yang lebih monumental dibanding
Sejarah Masjid dengan ratusan gambar berbagai bentuk masjid di
dunia, sebagiannya berwarna. Bung Karno bangga sekali -- dan
dalam sambutannya di buku itu ia pun mengumumkan idam-idamannya
tentang pembangunan Masjid Istiqlal.
Beberapa saat sebelum meninggal, Aboebakar meminta buku
karangannya yang pertama, Sejarah Al Qur'an untuk dipeluk di
dadanya. Selain itu dia juga minta diputarkan lagu-lagu Umi
Koultzum yang digemarinya. Dan wasiatnya "Ayah hanya minta agar
buku-buku koleksinya diwakafkan pada lembaga-lembaga ilmiah
Islam dan minta dikubur secara sederhana saja," tutur Umarah.
Dan ternyata sebagian besar buku koleksinya, semasa Aboebakar
masih hidup, telah diberikannya sendiri kepada Universitas Islam
Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini