Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GO Tik Swan (48), di tahun 1972 diangkat oleh Susuhunan Paku
suwono XII jadi Raden Tumenggung Hardjonagoro dengan jabatan
Bupati Anom Kraton Surakarta, menulis surat kepada Menko Kesra
Surono mengenai niatnya pergi ke Arab Saudi. "Saya akan
melakukan ibadah 'umroh, untuk mempertebal iman dan kepercayaan
pada agama," tulisnya untuk pamitan. Tapi sebelum melangsungkan
haji kecil itu akhir bulan ini ia bertolak ke AS untuk memberi
ceramah ihwal batik tradisionil atas undangan Museum Tekstil di
Washington, dan biayanya ditanggung Yayasan Rockefeller.
Di samping ahli sejarah dan pusaka kraton ini, dari Indonesia
hadir pula Ny. Sudjatmoko dan Ny. Yogi yang dikirim oleh Museum
Tekstil Indonesia.
Beberapa waktu sebelum keberangkatannya ke AS, muncul Ny. Yogi
di kediamannya. Mirip wartawan pakai alat rekaman segala. Yang
ditanyakan menyangkut pola batik, kain lurik dan akhirnya
seluk-beluk keris.
"Keris adalah lambang kejantanan pria," ujarnya, yang membikin
wajah Ny. Yogi bersemu dadu. Dahinya berkerut sejenak, lantas
bertanya "Apa alasan Mas Go?" Go Tik Swan pun menjelaskan "sila
dalam upacara pernikahan di Jawa yang lelaki berhalangan hadir,
mungkin sedang tugas, maka yang duduk bersanding dengan
pengantin puteri adalah sebilah keris.. "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo