Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cecep Arif Rahman pernah terjebak dalam masa canggung ketika akan mulai menjalani syuting film terbarunya, Gundala. Sewaktu pertama kali bertemu dengan sang sutradara, Joko Anwar, awal tahun ini, aktor laga itu tak punya bahan pembicaraan. “Saya tidak tahu filmnya apa saja,” katanya kepada Tempo, Selasa, 28 Mei lalu.
Untungnya, Cecep, 46 tahun, datang bersama anaknya, Faris Fadjar Mungaran, 15 tahun. Remaja tanggung itu fan berat Joko dan filmnya, Pengabdi Setan (2017). Dia pun membuka obrolan, membahas deretan karya Joko. “Malah anak saya yang bisa memberikan apresiasi film Bang Joko,” ujar Cecep, yang baru saja berlaga dalam John Wick: Chapter 3 – Parabellum bersama Yayan Ruhian.
Selanjutnya, urusan lancar. Joko meminta Cecep berperan sebagai penjahat sekaligus koreografer aksi di Gundala, yang akan tayang mulai 29 Agustus mendatang. Pesilat asal Garut, Jawa Barat, itu beradu akting dengan Abimana Aryasatya sebagai Sancaka.
Membantu orang tua membuka pintu rezeki bagi Faris. Dia mendaftar untuk ikut pemilihan pemain film tersebut dan mendapat arahan langsung dari sutradara idolanya. “Alhamdulillah, diterima,” ucap Cecep.
Ita Purnamasari
Makin Melengking
Ita Purnamasari
MESKI lama tak nongol di layar kaca, Ita Purnamasari rupanya masih aktif menyanyi. Suaranya tetap merdu seperti saat awal melantunkan Cintaku Padamu, 27 tahun silam. Dia mengaku vokalnya masih melengking seperti dulu. “Teriakannya makin kencang, ha-ha-ha...,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 22 Mei lalu.
Untuk menjaga kualitas suaranya, Ita, 51 tahun, punya ritual yang pantang dilewatkan. Biduan asal Surabaya yang pernah menjadi gadis sampul pada 1980-an ini mengudap sepotong kencur mentah, lalu berlatih vokal sembari bermain piano. Ita melakukan itu saban hari di rumahnya selama setengah sampai satu jam. Menurut dia, latihan ini membuat suaranya tak berubah meski usianya sudah kepala lima.
Buktinya, sepanjang bulan puasa lalu, Ita kebanjiran order. Dia diundang menyanyi hampir setiap hari. Kebanyakan dia membawa lagu religi bersama suaminya, Dwiki Dharmawan. Sejoli itu manggung di sekitar Jakarta, Depok, sampai kampung halaman Ita. “Ramadan ini enggak pernah kosong,” kata Ita.
Marissa Anita
Pensiun dari Media Sosial
Marissa Anita
MARISSA Anita berhasil lepas sepenuhnya dari media sosial. Padahal, dulu, aktris yang juga jurnalis ini tidak bisa melewati waktu tanpa memantau dan berbagi kabar lewat telepon selulernya. Kalau tidak memasang momen kegiatannya di Instagram, dia mengungkapkan isi kepalanya di Twitter. Marissa, 36 tahun, mengungkapkan alasannya pensiun kepada Tempo, Rabu, 12 Juni lalu.
Kenapa memutuskan berpuasa media sosial?
Karena saya merasa media sosial enggak penting. Ketika masih menggunakan medsos, saya merasa cemas, insecure, tak sabar, tidak fokus, dan sulit tidur.
Sejak kapan?
Saya deaktivasi akun Instagram sejak 2016. Tahun lalu saya tutup Facebook, dan Maret lalu saya deaktivasi Twitter sampai waktu yang tak ditentukan.
Momen apa yang membuat Anda menutup semua akun?
Sampai awal tahun lalu, saya masih menyisakan Twitter karena saya lebih senang dengan kata-kata. Saya deaktivasi setelah serangan teroris di Selandia Baru, Maret lalu. Dunia membicarakan kejadian ini. Tapi perbincangan netizen di Indonesia enggak enak.
Tidak enak bagaimana?
Netizen menarik kasus ini dengan membicarakan mayoritas dan minoritas, ras. Timeline saya isinya komentar orang yang ngajak berantem. Ngapain ngomongin hal yang memecah bangsa. Asam lambung saya sampai naik karena kesal.
Anda langsung bisa berhenti?
Minggu pertama, saya kalut. Jari saya galau. Saya mengatasi rasa bosan dengan menulis buku harian, bermenung, dan membaca buku. Tapi minggu kedua mulai nyaman. Saya mulai merasakan nikmatnya hidup di dunia nyata ketimbang di dunia maya.
Apa efek pensiun dari media sosial?
Perhatian saya jadi utuh, tak terbagi-bagi, lebih terfokus. Tak terburu-buru waktu, beban psikologis saya terangkat. Saya nyaman tanpa media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo