Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada harga yang harus Wimboh Santoso bayar sejak menjabat Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan: kehilangan momen menyeduh kopi di kantor. Bawahannya ramai-ramai melarangnya menyeduh kopi sendiri. "Alasannya, nanti pantry kehilangan salah satu pekerjaan," kata Wimboh, tertawa, di kantor Tempo, Selasa dua pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal menyeduh kopi sebelum bekerja adalah kebiasaan Wimboh, 61 tahun. "Di antara kenikmatan ngopi adalah saat menyeduhnya," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ekonom asal Boyolali, Jawa Tengah, ini menempatkan mesin pembuat kopi di ruang kerjanya di kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, DC, sekitar enam tahun lalu. Kalau ada tamu, dia pun mempromosikan aneka kopi Indonesia, yang ia sengaja pajang di dekat meja kerjanya. Kebiasaan itu berlanjut saat dia menjabat Komisaris Utama Bank Mandiri di Jakarta pada 2015-2017.
Di kantor OJK, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Wimboh dijauhkan dari mesin pembuat kopi kesayangannya. Sedikit saja kakek satu cucu ini mendekat, sekretarisnya langsung menegur. "Daripada Bapak bikin kopi, mending tanda tangani surat. Tuh, di meja Bapak surat sudah menumpuk," ujar Wimboh, mengutip sang sekretaris. Kalau sudah begitu, Pak Ketua cuma bisa pasrah, kembali ke meja kerjanya, sembari menunggu office boy datang membawa kopi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo