Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nama Yosep El Kepet sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Malang, Jawa Timur. Sejak beberapa tahun lalu, pria berusia 50 tahun itu menjadi salah satu dirigen atau pemimpin kelompok suporter Arema alias Aremania. Ia paham betul perjalanan dan asal muasal Aremania sehingga memiliki pamor tinggi dan pernah mendapat julukan suporter kreatif.
Menurut El Kepet, Arema dan Aremania bukan sekadar klub dan kelompok suporter, tapi juga keluarga yang harus saling mendukung. Termasuk menyediakan empati bagi keluarga lain yang masih berduka pasca-kejadian kelam di Stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan lebih dari 130 orang tewas. "Harus diusut tuntas. Kasihan keluarga korban yang ditinggalkan," kata El Kepet ketika diwawancarai Indra Wijaya secara daring, Sabtu malam, 8 Oktober 2022.
Menurut Kepet, sepak bola Indonesia harus berbenah setidaknya dari sisi kedewasaan suporter dalam mendukung tim kesayangannya. Kepet juga bercerita tentang makna “Salam Satu Jiwa” yang sudah mengalir di darah Aremania. Berikut wawancara dengan Yosep El Kepet.
Apa pandangan Anda tentang tragedi Kanjuruhan yang tercatat menewaskan lebih dari 130 orang?
Saya menghindari berkomentar karena enggak mau ada keributan baru. Sekarang semua pihak sudah bercerita dengan versi masing-masing. Ya, nanti tinggal pengadilan membuktikan. Saya enggak nonton di stadion. Makanya saya enggak berani bicara seperti apa.
Bagaimana Anda menggambarkan duka mendalam masyarakat Malang?
Cobalah Anda hidup setengah jam saja bersama Aremania. Mungkin sudah bisa bercanda, tapi dalam hatinya masih sangat berduka. Bayangkan yang menjadi korban itu adik, keponakan, atau anak kawan kita. Dukanya sangat mendalam. Beberapa hari lalu saya ke pesisir selatan di Pantai Kondang Merak. Ada nelayan turun dari laut, yang dibahas kejadian ini. Mungkin Nyi Roro Kidul dengar duka ini. Intinya, saya minta keadilan seadil-adilnya.
Apa pendapat Anda atas kelanjutan kompetisi musim ini pasca-tragedi Stadion Kanjuruhan?
Ibaratnya begini, Aremania itu orang atau tetangga yang sedang berduka. Ini malah nanggap dangdut di depan rumah. Enggak dilarang, sih, tapi etikanya itu di mana? Ada anak, kakak, saudaramu yang sedang susah sampai ada yang meninggal. Tak mudah menyembuhkan trauma mereka datang ke stadion. Seharusnya masalah ini selesai dulu, jelas, baru kompetisi dimainkan semuanya.
Klub dan suporter liga top Eropa memberikan dukungan kepada Malang. Bagaimana perasaan Anda?
Sangat terharu. Makanya agak riskan juga melanjutkan liga. Akan sangat memalukan jika kita sudah mulai hiruk-pikuk menggelar liga pada saat para korban dan keluarga korban belum mendapat keadilan.
Apa pesan Anda untuk Aremania?
Tetap kita kawal, berfokus untuk diusut tuntas. Tidak usah urus yang lain. Isu lainnya jangan dihiraukan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo