Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Tawang: Kota biara India yang didambakan oleh China

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Sebuah patung Buddha digambarkan di Tawang dekat Line of Actual Control (LAC), negara tetangga China, di negara bagian Arunachal Pradesh, India pada 21 Oktober 2021. AFP
Tawang, pusat agama Buddha, telah lama menjadi pusat ketegangan antara India dan China.

Nun jauh tinggi di Pegunungan Himalaya, kota suci Tawang adalah salah satu masalah yang paling sulit diselesaikan dalam kemelut sengketa perbatasan antara India dan China - ia juga menjadi potensi pemicu konflik lain di masa depan.

Di sepanjang pegunungan yang tertutup salju di utara, tentara dari dua negara dengan pasukan terbesar di Asia saling berhadapan, kerap kali hanya terpisah beberapa ratus meter saja.

Baca Juga:

Desember lalu, mereka terlibat pertempuran, yang oleh para ahli dilihat sebagai pertanda mengkhawatirkan bagaimana perselisihan ini akan semakin parah.

Tawang, situs ziarah bagi umat Buddha Tibet yang bertengger di sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut, adalah rumah bagi biara Buddha terbesar di India.

Atas alasan ini, juga karena lokasinya yang strategis, Tawang telah lama menjadi pusat ketegangan antara dua negara tetangga dengan kekuatan nuklir ini.

Baca Juga:

Kota ini telah diklaim milik China. Tibet, yang dianeksasi oleh China pada 1950, terletak hanya 35 kilometer di sebelah utara.

"Bukan hanya Kota Tawang," kata Zhou Bo, pensiunan kolonel senior di Pasukan Pembebasan RRC kepada BBC.

"Seluruh [negara bagian] Aruchanal Pradesh, yang kita sebut sebagai Tibet selatan, telah diokupasi secara ilegal oleh India - ini tidak dapat dinegosiasikan."

Air Terjun Suci - Chumi Gyatse dekat perbatasan yang disengketakan. Pasukan dari kedua belah pihak dikatakan bentrok tidak jauh dari sini pada Desember 2022 BBC
Pertempuran pada Desember dilaporkan terjadi tak jauh dari air terjun Chumi Gyatse di dekat perbatasan.

Tawang menjadi pemberitaan pada Desember setelah menjadi tempat pertempuran untuk pertama selama bertahun-tahun. India berkata pasukan tentara China memasuki wilayahnya dan "secara sepihak berusaha mengubah status quo".

China berkata pasukannya sedang melakukan patroli rutin di perbatasan sisi mereka dari Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control - LAC), yang memisahkan wilayah yang dikuasai China dan India, dan telah "diblokir oleh pasukan India yang melewati garis batas itu secara ilegal".

Pertempuran ini dilaporkan mengakibatkan sejumlah personil tentara luka-luka dari kedua belah pihak. Lebih banyak korban jatuh pada pertempuran China dan India pada 2020, di sisi lain wilayah yang disengketakan.

Dalam bentrokan massal di Lembah Ladakh Galwan, 20 tentara India dan empat tentara China tewas dalam konfrontasi fatal pertama mereka soal perbatasan dalam 45 tahun, menyoroti risiko yang dihadapi keduanya sebagai rival yang masing-masing mencoba meraih tujuan strategisnya.

The Bum La Pass, perbatasan dengan China BBC
Dengan izin khusus, India mengizinkan turis domestik mencapai Bum La Pass, di perbatasan dengan China.

Sejak itu, ketegangan terus meningkat, dengan kedua negara mengirim puluhan ribu pasukan bersenjata lengkap ke sepanjang perbatasan yang disengketakan.

Klaim atas wilayah ini juga ditunjukkan dengan berbagai cara lain.

Di pertengahan Februari, India mengumumkan rencana untuk berinvestasi pada lebih dari 600 "desa semarak" untuk mendorong warga lokal di sekitar perbatasan untuk tetap tinggal di wilayah itu. Aksi ini dipandang sebagai renspons atas model desa-desa serupa yang dilaporkan dibuat di sisi China.

India juga mempromosikan wisata di Arunachal Pradesh dengan berbagai hotel, restoran, dan homestay di Tawang dan area sekitarnya.

India dan China berbagi perbatasan yang tak sepenuhnya jelas, dan mengklaim teritori yang tumpang tindih. India berkata garis perbatasan itu sepanjang 3.488km; sementara China mengklaim sekitar 2.000km.

Peta Himalaya BBC

Dari semua area yang diperebutkan oleh China dan India, Tawang tetap berada di daftar teratas wilayah yang diklaim China.

Tawang termasuk di dalam area yang diambil China setelah perang pendek pada 1962 yang berakhir dengan kekalahan memalukan untuk India. Ribuan tentara China menyerbu posisi pasukan India sebelum mereka menarik mundur kavaleri.

"Tawang tidak bisa diabaikan oleh China. Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama keenam lahir di sana [pada abad ke-17]," kata Zhou, yang menghadiri pembicaraan tentang perbatasan India-China sebagai ahli militer di pertengahan 1990-an.

"Bukti apa lagi yang lebih baik untuk meyakinkan bahwa itu adalah teritori China?"

India menegaskan klaim perbatasannya berdasarkan garis McMahon 1914, yang dinamai berdasarkan menteri luar negeri Inggris Raya untuk wilayah kolonial India.

China menolak mengakui garis ini - yang melintas dari arah timur Bhutan ke Pegunungan Himalaya dan menempatkan seluruh Arunachal Pradesh di sisi India.

November 1962: Pasukan India diperiksa sebelum meninggalkan pos mereka di wilayah Ladakh di India utara selama bentrokan perbatasan antara India dan Cina. Getty Images
Pasukan India melakukan inspeksi di wilayah Ladakh saat perang dengan China di 1962.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi China, Tawang menawarkan titik masuk ke Arunachal Pradesh dan bagian timur laut India lainnya.

Sejumlah pakar berpendapat Beijing ingin menguasai area dengan situs-situs suci Buddha, seperti Tawang, untuk mengukuhkan otoritasnya atas Tibet. Saat Dalai Lama yang sekarang melarikan diri ke India pada 1959, dia mula-mula singgah di Tawang setelah melintasi pengunungan dengan berjalan kaki.

Ada pula kecurigaan dari sejumlah pengamat China yang mengatakan, karena adanya hubungan etnis antara komunitas-komunitas di sekitar perbatasan itu, Tawang dapat dipakai untuk mengobarkan pemberontakan Tibet di masa mendatang.

Baca juga:

Klaim China atas Arunachal Pradesh semakin tegas selama 20 tahun terakhir, tapi tampaknya China juga tak sepenuhnya menutup pintu negosiasi.

Liu Zongyi, seorang rekan senior di Shanghai Institutes for International Studies, berkata Tawang sangat sentral dalam kesepakatan yang ditawarkan China kepada India saat pembicaraan pada 2006.

"Dengan alasan untuk memulihkan Tawang, China mau menyerahkan klaim kedaulatannya atas sebagian besar Tibet selatan [Arunachal Pradesh]... bila ditukar dengan pengakuan India atas kedaulatan China dan kontrol atas Aksai Chin," kata Liu kepada BBC.

Dia melanjutkan, tawaran itu tak berhasil karena India tak tertarik untuk melepaskan kepentingan mereka di wilayah timur, terutama atas Tawang, dan tak siap untuk membuat konsesi atas Aksai Chin - yang saat ini berada di bawah kendali China.

Dalam foto yang diambil pada tanggal 10 Juli 2008 ini, seorang tentara China berjaga di sisi China dari perlintasan perbatasan kuno Nathu La antara India dan China. AFP
Seorang tentara China berjaga di perbatasan yang tidak jelas garis batasnya, yang membentang beberapa ribu kilometer.

Shyam Saran, menteri luar negeri India kala itu, berkata ia tak mengingat China pernah mengajukan tawaran seperti itu.

"Kami tidak pernah sampai tawar-menawar soal berapa banyak wilayah yang mau diserahkan, berapa banyak wilayah yang mau kami tukarkan. Tidak pernah ada ruang pembicaraan itu," tukas Saran.

Negosiasi soal perbatasan terus berlanjut selama bertahun-tahun sejak pertemuan itu, namun tak ada kemajuan. Kedua negara bertemu di Beijing pada Februari untuk pembicaraan langsung pertama selama tiga tahun.

Posisi resmi India adalah mempertahankan status quo hingga tercapai perjanjian damai yang final, namun sejumlah pengamat China menyatakan kewaspadaan.

Zhou, mantan perwira tentara China, berkata sikap keras kepala India ini menimbulkan kecurigaan.

"Di China, ada beberapa orang yang berkata sikap India ini seperti mengatakan - milikku adalah milikku dan milikmu juga milikku. Mereka meyakini bahwa karena India menguasai area di timur, maka mereka akan mencoba dengan keras untuk mengambil alih lebih banyak wilayah di Ladakh yang ada di barat," ujar Zhou.

Menurut Liu, India selama berpuluh-puluh tahun telah mengadopsi "kebijakan pertahanan yang ofensif, terus-menerus melanggar batas wilayah China di seberang LAC dan menduduki pusat-pusat militer di area perbatasan."

Tentara Angkatan Darat India berdiri di samping Howitzer Ultra Ringan M777 yang ditempatkan di Penga Teng Tso di depan Tawang, dekat Garis Kontrol Aktual (LAC), negara tetangga China, di negara bagian Arunachal Pradesh, India, pada 20 Oktober 2021. AFP
Pasukan India di Garis Kendali Aktual di Tawang.

Pernyataan serupa juga dituduhkan pada cara pendekatan China kepada teritori yang diakui India sebagai miliknya. "China terus memindahkan pos-pos mereka dan mengubah posisinya," kata Saran.

Dengan kedua belah pihak yang seperti tak bergeming, Zhou merasa memecahkan masalah perbatasan ini lebih baik dilakukan di masa depan.

Namun banyak orang di India merasa penundaan hanya akan menguntungkan China, yang secara pesat telah meningkatkan kemampuan militer dan ekonominya di beberapa dekade terakhir.

"Sementara asimeteri kekuatan antara kedua pihak terus tumbuh, saya pikir kita akan melihat China yang lebih tegas di masa depan," ujar Saran.

Tidak ada yang mengharapkan perang pecah dalam waktu dekat, mengingat India dan China memiliki hubungan perdagangan yang kuat. Tapi keduanya juga tak menunjukkan tanda-tanda mau berkompromi,

Karena kedua negara masih terus bersaing untuk mendapatkan kedali di lapangan, bentrokan militer seperti yang terjadi baru-baru ini di Tawang mungkin akan lebih sering lagi terjadi - yang diperlukan untuk menyulut kobaran api hanya percikan kecil saja.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada