Perdana Menteri Mahathir Mohamad meminta Cina membantu mengatasi masalah keuangan Malaysia.
Hal ini dikemukakan PM Mahathir dalam lawatan lima hari di Cina, hari Senin (20/08), kunjungan pertamanya ke negara ini sejak terpilih kembali menjadi pemimpin Malaysia Mei lalu.
Dalam keterangan pers di Beijing bersama PM Cina Li Keqiang, Mahathir mengatakan negaranya memerlukan dukungan Cina.
"Kami juga berharap Cina memahami masalah-masalah yang dihadapi Malaysia dewasa ini," kata Mahathir.
"Saya berharap Cina akan bersimpati dengan masalah-masalah yang harus kami pecahkan dan mungkin membantu mengatasi masalah keuangan kami," kata Mahathir.
- Mahathir Mohamad dari kacamata media dunia: Naik, pensiun dan bangkit lagi di usia lanjut
- Pemilu Malaysia: Kemunculan Mahathir Mohamad dan tiga hal unik lainnya
- Pemilu Malaysia: Apa makna kemenangan Mahathir dan oposisi?
Mahathir belum lama ini membekukan proyek infrastruktur senilai lebih dari US$22 miliar, sekitar Rp321 triliun yang disepakati oleh pemerintahan Najib Razak dan pemerintah Cina setelah mempertanyakan butir-butir kesepakatan antara Kuala Lumpur dan Beijing.
Ia mempertanyakan kemanfaatan proyek-proyek infrastruktur yang didanai Cina tersebut dan menyatakan khawatir proyek-proyek ini akan membuat Malaysia berutang ke Cina.
Kolonialisme baru
Kerja sama ekonomi menjadi salah satu fokus lawatan PM Mahathir ke Cina.
PM Cina, Li Keqiang, mengatakan perluasan kerja sama akan membuat neraca perdagangan yang lebih besar antara kedua negara dan menegaskan Cina siap menambah impor minyak sawit dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Cina adalah pasar ekspor terbesar ketiga Malaysia setelah India dan Uni Eropa.
Ia mengatakan sejumlah konsensus dan kesepakatan awal dalam sejumlah hal -di antaranya swap mata uang, impor minyak sawit, karet, dan durian- membuktikan bahwa keduanya negara tetap akan bersahabat dalam jangka panjang.
Dalam kesempatan ini, PM Mahathir menegaskan bahwa perdagangan bebas harus adil (fair).
"Kami tidak ingin ada versi baru kolonialisme di mana negara-negara miskin tak bisa bersaing dengan negara-negara kaya," kata Mahathir, pemimpin Malaysia yang belum ini merayakan ulang tahun yang ke-93.