Dengan Arab Saudi yang masih terhuyung-huyung setelah gelombang penangkapan sejumlah tokoh penting terkait dugaan korupsi, kaum muda di kerajaan itu menyaksikan drama tersebut dengan penuh perhatian.
Arab Saudi merupakan negara muda, dengan enam dari 10 penduduknya berusia di bawah 30 tahun dan putra mahkota -yang berupaya membersihkan korupsi- masih berusia 32 tahun.
Pangeran Mohammed Bin Salman -atau MBS, begitulah julukannya- mengatakan dia ingin memberantas korupsi namun para pengritik juga khawatir terlalu banyak kekuasan yang terkonsentrasi di tangannya.
- Lebih dari Rp1350 triliun digelapkan di Arab Saudi, 199 orang ditangkap
- Gebrakan modernisasi dan anti korupsi Arab Saudi: Siapa bisa menghadang Putra Mahkota?
- Penangkapan 11 pangeran Arab Saudi ‘hanyalah permulaan’ gerakan antikorupsi
Putra mahkota ini sering menampilkan dirinya melaksanakan reformasi ekonomi dan sosial atas nama kaum muda.
Dan bagi para generasi muda di Arab Saudi, kejadian dalam beberapa hari sejak akhir pekan lalu itu tidak pernah ada sebelumnya di negara yang secara tradisional enggan menghadapi perubahan.
"Kesan yang saya dapat dari teman-teman Saudi dan juga suasana umumnya -yang bisa dilihat di Twitter- adalah kegembiraan," kata Ali Shabnan, mahasiswa asal Riyadh yang sedang kuliah di American University, Washington DC.
"Orang-orang yang sudah ditangkap biasanya tidak tersentuh," tambah Ali. "Jadi mengirim sebuah pesan bahwa hal itu sudah berlalu."
"Tidak ada yang tidak tersentuh dan tidak akan ada lagi toleransi untuk korupsi dan pembuangan di ekonomi."
#Mohammed_the_Decisive
Reaksi awal di media sosial -setelah penangkapan para anggota kerajaan lain, menteri maupun mantan menteri, dan pengusaha terkenal tersebut- hampir semuanya positif.
Mereka ditangkap setelah Raja Salman Bin Abdulaziz memerintahkan pembentukan lembaga antikorupsi yang dipimpin langsung oleh putranya.
Begitu berita ini muncul tagar #The_king_fights_corruption (Raja-melawan_korupsi) disebar sampai 1,4 juta kali di kalangan pengguna Twitter. Sementara puluhan ribu pengguna Twitter di Arab Saudi merujuknya sebagai #November_4_Revolution (Revolusi_4_November).
Keesokan harinya, #Mohammed_the_Decisive_uproots_the_corrupt (Mohammed_Penentu_membongkar_koruptor) digunakan untuk merujuk putra mahkota kerajaan.
Sekitar 18 bulan lalu -tak lama setelah ayahnya bertahta- Pangeran Mohammed Bin Salman meluncurkan program ekonomi yang ambisius yang disebut Vision 2030.
Tujuannya adalah sebuah Arab Saudi yang modern yang tidak tergantung lagi pada pendapatan dari minyak mentah dan pembentukan sebuah kota dengan biaya US$500 miliar di dekat Laut Merah.
Namun rendahnya harga minyak dunia membuat negara itu berjuang untuk mengelola keuangannya.
Banyak kontrak-kontrak pemerintah yang dibekukan dan pengangguran meningkat, yang menjadi keprihatinan besar di kalangan kaum muda Saudi.
Tindakan putra mahkota yang terbaru ini tampaknya tepat untuk menanggapi kekesalam masyarakat umum tentang kekayaan negara yang terkumpul di sekelompok keluarga kerajaan dan teman-teman dekatnya.
"Itu merupakan langkah besar dalam mengekang korupsi di Arab Saudi," kata Firas al-Matri, seorang pelajar di sebuah kafe di ibu kota Riyadh, kepada kantor berita AFP.
"Bagian paling bagusnya adalah bahwa tidak akan ada yang berani mengulang hal buruk yang pernah dilakukan sebelumnya."
Seorang warga Saudi lainnya, Um Alia, mengatakan kepada kantor berita AFP, "Hal itu membuat jadi benar dan kami berterimakasih. Akan menciptakan masa depan yang lebih baik, bebas dari kotoran dan setan yang menghambat negara kami tercinta."
"Sang Penindas'
Dengan para pengkritik putra mahkota yang ditangkap sejak pekan lalu, dan juga para pangeran kerajaan, tidaklah mengejutkan jika suara-suara yang tidak setuju bisa ditemukan dengan mudah di intenet.
Sebuah kartun satiris, misalnya, memperlihatkan Pangeran Mohammed bin Salman hanya mengkonsolidasi kekuasaannya -dia tertawa dengan mengurung para sepupu kerajaannya di dalam sebuah kandang.
"Tuhan sudah mengirim seorang penindas untuk memenjarakan para penindas," begitulah keterangan kartun itu.
Sementara video pendek yang tersebar di media sosial memperlihatkan obat serangga digunakan untuk putra mahkota, yang mengindikasikan perilakunya yang perlu dibersihkan.
Seorang pengguna Twitter yang berpengaruh, Mujtahid -yang sering menulis pesan terkait kerajaan- menggunakan identitasnya sebagai 'seorang Saudi'. Kami berbicara melalui layanan pesan.
Baginya, langkah itu 'bukan perang melawan korupsi' namun 'untuk menutupi upayanya dalam menyingkirkan halangan terakhir bagi MBS untuk naik ke kekuasaan," yaitu Kepala Pengawal Nasional, Pangeran Miteb bin Abdullah, salah seorang yang ikut ditangkap.
Dia berpendapat putra mahkota juga ingin mengambil alih aset-aset berharga dari sejumlah warga Saudi kaya yang saat ini ditahan tanpa dakwaan resmi.
Hanya sebagian yang akan diperuntukkan bagi defisit keuangan, begitulah keyakinannya.
Suasana kegelisahan
Saya bertanya langkah apa lagi yang diambil Mohammed bin Salman untuk mengurangi pembatasan-pembatasan dalam kehidupan sosial, yang terbukti populer.
Dia mengatakan ingin agar negaranya mengikuti 'Islam moderat' dan larangan menyetir untuk perempuan rencananya akan dicabut pada bulan Juni.
"Kaum berpendidikan yang sadar politik semangat untuk pembagian kekuasaan, akuntabilitas, kebebasan, dan reformasi-reformasi politik lainnya," jawab Mujtahid.
- Hotel Ritz-Carlton di Riyadh, 'penjara termewah' bagi belasan pangeran Arab Saudi
- Penahanan belasan pangeran, menteri, pebisnis Arab Saudi, apa yang terjadi?
- Komisi antikorupsi Arab Saudi tahan 11 pangeran dan belasan mantan menteri
"Dia melakukan yang berlawanan, mengurangi kebebasan, melemparkan semua reformis ke dalam penjara."
"Para pengusaha amat khawatir karena kebijakan-kebijakannya yang tidak menentu," tambahnya.
Ketika kaum muda Saudi 'mencari pekerjaan, perumahan, pendapatan yang lebih besar, layanan yang lebih murah', dia mengatakan kekhawatirannya adalah jalur perekonomian saat ini justru 'berjalan sebaliknya'.
Dan Mujtahid menambahkan hampir semua bagian masyarakat kini 'hidup dengan cemas'.