Buruh sebuah pabrik batu bata di Cina bagian tenggara dibayar dengan batu bata sebagai pengganti gaji mereka senilai 80.000 yuan atau Rp167 juta yang belum dibayar perusahaan.
Sekitar 30 pekerja pabrik di Nanchang, Provinsi Jiangxi itu, setuju untuk dibayar dengan 290.000 balok batu bata, lapor media Xinhua.
- Seberapa jauh pengaruh Cina di Zimbabwe?
- Kisah anak Muslim yang tinggal di keluarga Cina-Kristen
- Dua bocah bersembunyi di kolong bus sejauh 80 km demi cari ayah dan ibu
Keseluruhan pekerja yang merupakan pendatang dari provinsi Yunnan di barat daya Cina, kepada Jiangxi Daily, mengaku tidak punya pilihan lain terhadap kesepakatan tersebut.
Pasalnya mereka terlalu lama hidup kekurangan, hanya dengan "lilin dan api unggun sebagai pemanas". Bayaran batu bata pun terpaksa mereka terima.
Sebelum itu, dinas tenaga kerja setempat mengadukan perusahaan itu ke pengadilan, karena menunggak pembayaran upah.
Kantor berita Cina, Xinhua menulis bahwa perusahaan yang tidak disebutkan namanya itu sekarang masih berusaha mencari cara untuk membayar sisa gaji sebesar 10.000 yuan atau sekitar Rp21 juta.
Alhasil, cerita ini pun menjadi perdebatan di media sosial Cina, Sina Weibo. "Mengapa buruh dari daerah ini gajinya ditunggak segala?" kata seorang warganet.
Ada pula netizen yang menggunakan momen ini untuk menyindir besarnya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk proyek perumahan di negara itu. Si pengguna media sosial menyebut, sekarang batu bata pun sudah diterima jadi pengganti uang.
- 'Berjalan-jalan' selintas ke Wangfujing di Beijing
- Hunian 400 orang tersembunyi di bawah apartemen mewah Beijing
- Sora Aoi: Bagaimana bintang porno Jepang menjadi 'guru seks' bagi generasi muda Cina
Cekcok antara buruh dari kampung dengan perusahaan memang kerap terjadi pada musim dingin di Cina. Khususnya menjelang Tahun Baru Cina, yang tahun ini jatuh pada 16 Februari.
Asosiasi Perdagangan Cina mengaku bahwa mereka telah membantu lebih lima juta buruh pendatang yang gajinya ditunggak. Mereka menyebut telah mengucurkan 30 miliar Yuan atau Rp63 triliun dalam lima tahun terakhir.