Freemason, sebuah organisasi sosial, memasang iklan satu halaman penuh di beberapa surat kabar Inggris, menyerukan diakhirinya 'diskriminasi' terhadap para anggota mereka.
United Grand Lodge of England (UGLE) mengatakan bahwa mereka menyambut setiap individu dari semua lapisan masyarakat, namun di sisi lain para anggota mereka 'distigmatisasi secara tidak patut.'
Mereka menyebut telah mengadu kepada Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia Inggris.
- Menelisik jejak sejarah Freemason di Skotlandia
- Konspirasi dahsyat Illuminati ternyata melibatkan wartawan 'Playboy'
- Berkunjung ke tempat lahir Iluminati, kelompok yang menentang pengaruh agama
Sebuah laporan terbaru di media mempertanyakan pengaruh Freemason di kepolisian dan di parlemen.
Dalam sebuah iklan yang dimuat di Times, Daily Telegraph and Guardian, badan tertinggi Freemason itu mengeluhkan 'kekeliruan besar' dalam penggambaran para anggotanya.
Iklan berjudul "Cukuplah Sudah" itu, pimpinan tertinggi Freemason, Dr David Staples mengatakan bahwa organisasi tersebut mengumpulkan dana lebih dari £33 (hampir Rp600 miliar) tahun lalu untuk berbagai program amal dan kemanusiaan.
Dia menegaskan bahwa orang-orang dari berbagai ras, kepercayaan, usia, kelas sosial atau haluan politik diterima di organisasi berusia 300 tahun itu.
United Grand Lodge of England sejauh ini dibatasi keanggotaannya hanya untuk kaum pria, meskipun ada pula lodge atau pondok khusus perempuan.
Fakta seputar Freemason
- Di Inggris ada sekitar 200.000 pria Freemason dan 4.700 perempuan Freemason
- Freemason bertemu di sebuah kuil, yang mereka sebut "pondok", dengan pemahaman bahwa di situlah para tukang batu purba bertemu saat membangun gereja atau katedral.
- Pondok-pondok dikelompokkan menurut wilayah, kira-kira sesuai dengan batas wilayah dari masa lalu
- Freemason memakai apron (kantung khusus) tukang batu, berdasar teori bahwa freemasonry berevolusi dari para tukang batu, yang mengenakannya juga sebagai perlindungan dari serpihan batu yang mencelat.
- "Derajat ketiga" adalah tahap terakhir sebelum menjadi seorang Mason penuh. Upacaranya melibatkan pertanyaan-pertanyaan berat, di situlah asal-mula ungkapan bahasa Inggris "giving someone the third degree"
- Freemason terkenal antara lain Sir Winston Churchill, Sir Arthur Conan Doyle, Rudyard Kipling, Robert Burns, Oscar Wilde dan Peter Sellers.
Di Inggris dan Wales terdapat 200.000 Freemason dengan lebih dari 7.000 pondok.
Pekan lalu, harian Guardian melaporkan bahwa ada dua pondok Freemason beroperasi di Westminster, parlemen Inggris. Kedua pondok itu, menurut laporan Guardian, mewadahi para anggota parlemen dan wartawan politik.
Tapi Dr Staples mengatakan bahwa, walaupun pondok-pondok itu ada, tidak ada anggotanya yang merupakan anggota parlemen atau wartawan politik.
https://twitter.com/WorcsMasons/status/961310266892963840
Sebelumnya, muncul tudingan bahwa para anggota Freemason menghalangi reformasi di kepolisian. Ketua Federasi Polisi yang lengser, Steve White, mengatakan kepada Guardian bahwa Freemason menjegal kemajuan perempuan dan orang-orang kulit hitam dan kulit berwarna.
Dr Staples membantah klaim tersebut yang disebutnya 'menggelikan.'
Dia mengatakan kepada BBC Breakfast, "Kami bukan masyarakat yang tertutup. Nepotisme (dan) korupsi tidak ditolerir."
Ia menambahkan bahwa jabat tangan para anggota selama upacara 'bukan hal rahasia,' tetapi ketika dia diminta untuk menunjukkannya kepada pemirsa BBC Breakfast, dia menolak, dengan dalih bahwa dia telah 'berjanji' untuk tidak melakukannya.
Dalam iklan Freemason terbaru ini disebutkan pula bahwa organisasi tersebut akan menjalankan serangkaian acara tahun ini yang dirancang untuk menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan orang tentang organisasi yang kegiatannya tidak diketahui secara luas tersebut.
Dr Staples juga mempersilakan publik untuk mengirim pertanyaan langsung ke markas besar Freemason London, Hall Freemason.
Tapi beberapa kalangan menanggapi iklan itu dengan skeptisisme.
Bagaimana anggota Freemason dapat didiskriminasikan jika 'kita tidak tahu siapa mereka,' kata anggota parlemen Partai Buruh, Melanie Onn.