Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

H&M Tawarkan Penyewaan Pakaian, Demi Lingkungan atau Trik Pemasaran?

Reporter

Editor

dw

image-gnews
H&M Tawarkan Penyewaan Pakaian, Demi Lingkungan atau Trik Pemasaran?
Iklan

Di salah satu sudut tokonya yang baru dibuka lagi di Stockholm, H&M menawarkan kemungkinan menyewa koleksi pakaian kepada pembelu, dari koleksi pesta yang gemerlapan sampai pakaian pernikahan yang anggun.

Ini menjadi gebrakan baru raksasa mode Hennes & Mauritz asal Swedia itu dalam kontribusi meredam perubahan iklim. Sebelumnya, H&M sempat membuat heboh dengan aksinya mengumpulkan pakaian bekas.

Baca Juga:

Industri fesyen, terutama perusahaan-perusahaan fesyen cepat jadi dan murah seperti H&M dan Zara, belakangan menghadapi kritik makin gencar karena produksi pakaian yang boros energi sekaligus berat emisi CO2. Industri pakaian dianggap salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dan pengguna air paling boros.

Direktur bidang lingkungan H&M, Pascal Brun, tidak secara langsung membantah tuduhan itu. Kepada DW dia mengatakan:

"Hari ini, kita semua sepakat bahwa mode cepat jadi bukan model bisnis yang berkelanjutan. Itulah mengapa kami ingin membawa sirkularitas (bisnis ini) ke tingkat berikutnya," dan melanjutkan: "Sewa pakaian sangat sesuai dengan tujuan itu. Ini adalah sesuatu yang ingin kami coba selama beberapa waktu."

Baca Juga:

Layanan baru penyewaan pakaian ini masih terbatas pada koleksi gaun pesta dan rok pilihan, dan hanya tersedia untuk pelanggan yang telah mendaftar dan ikut program loyalitasnya. Pelanggan bisa menyewa pakaian dengan tarif sekitar 30 euro atau setara dengan 480 ribu rupiah untuk seminggu.

Masa percobaan tiga bulan

H&M mengatakan akan mengamati layanan sewa ini selama tiga bulan ke depan sebelum memperluasnya ke pasar lain. Pascal Brun menerangkan, sejauh ini responsnya "luar biasa" sehingga gaun yang ditawarkan untuk masa percobaan ini hampir sepenuhnya dipesan pelanggan untuk bulan Desember.

Namun, beberapa pihak skeptis dengan rencana H&M, bahkan mempertanyakan kelayakan bisnisnya.

"Saya tidak melihat bahwa, model sewa ini, pada harga yang ditawarkan saat ini, benar-benar masuk akal," kata analis dari Credit Suisse, Simon Irwin kepada portal bisnis Bloomberg News.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pascal Brun mengatakan, masih terlalu dini untuk menghitung prospek keuntungan dari layanan penyewaan itu.

"Kami sudah mempertimbangkan bisnis ini dengan baik sebelum meluncurkannya, dan mudah-mudahan waktu akan menunjukkan bahwa itu bisa berhasil," kata Brun sambil menambahkan bahwa H&M nantinya bisa menawarkan penyewaan pakaian ini secara online.

Takut ketinggalan?

H&M memang bukan perintis dalam bisnis penyewaan pakaian. Saat ini makin banyak rumah mode dan peritel yang menawarkan platform onlione untuk penjualan dan penyewaan, mulai dari barang baru sampai pakaian dan aksesoris bekas.

H&M sendiri adalah pemegang mayoritas saham di perusahaan Swedia, Sellpy, yang menawarkan platform untuk membeli dan menjual pakaian dan aksesoris bekas. Sedangkan saingan H&M, peritel Banana Republic dan Urban Outfitters, telah meluncurkan layanan penyewaan pakaian.

Pascal Brun mengatakan, bisnis penyewaan pakaian dan jual beli pakaian bekas memang makin marak, seiring dengan gencarnya isu perlindungan. Sebagian konsumen mulai mencari cara lain yang dianggap "lebih bertanggung jawab" terhadap alam dan lingkungan.

"Kami di sini hanya menjawab permintaan konsumen," katanya.

hp/rap

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada