Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Percaya pada Informasi Palsu Memicu Masalah Kesehatan Mental

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Percaya pada Informasi Palsu Memicu Masalah Kesehatan Mental
Iklan

Sebuah penelitian menemukan orang yang percaya pada informasi palsu tentang pandemi virus corona kemungkinannya lebih berisiko menderita gejala kecemasan dan depresi.

"Studi kami menunjukkan potensi dampak negatif dari keyakinan yang salah tentang COVID-19 pada kesehatan mental," kata ketua peneliti studi tersebut, Pawel Debski.

Baca Juga:

Namun, penelitian ini tidak menunjukkan korelasi sebaliknya, bahwa gejala depresi dan kecemasan secara langsung mendorong rasa percaya pada informasi yang salah. Juga tidak memberikan penjelasan tentang bagaimana rasa percaya pada informasi palsu dapat mendorong gangguan kesehatan mental.

Informasi palsu memicu depresi

Menggunakan dua kuesioner online yakni "Skala Keyakinan Konspirasional COVID-19" dan "Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit", para peneliti mencari korelasi antara percaya pada informasi salah dan kondisi kesehatan mental.

Peneliti menemukan sejumlah informasi keliru yang berkembang selama pandemi di antaranya, pemikiran bahwa pemerintah membesar-besarkan jumlah kematian COVID-19, jaringan 5G menyebarkan virus corona, dan informasi palsu mengenakan masker dapat menyebabkan seseorang kekurangan oksigen dan keracunan karbon dioksida.

Baca Juga:

Peneliti juga menemukan bahwa depresi memiliki hubungan yang tinggi dengan kepercayaan pada informasi palsu tentang pandemi, sementara korelasinya dengan rasa kecemasan, para peneliti menemukan kaitan yang lebih moderat. Studi ini menunjukkan korelasi tinggi antara kepercayaan pada informasi pandemi palsu dan kepercayaan pada teori konspirasi yang lebih luas.

Pandemi sangat berdampak pada kesehatan mental

Para ahli juga menggambarkan, pandemi makin menonjolkan adanya krisis kesehatan mental. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus masalah kesehatan mental naik drastis di seluruh dunia karena pandemi virus corona dan pembatasan yang dilakukan untuk mengekang penyebarannya, seperti lockdown atau tindakan penguncian.

Depresi dan kecemasan meningkat 25% pada tahun pertama pandemi, dengan kaum muda dan perempuan menunjukkan peningkatan gejala yang paling tajam.

Isolasi sosial dan kecemasan untuk kesehatan diri sendiri dan orang yang dicintai, disebutkan sebagai salah satu faktor stres terbesar. Pekerja sektor krusial seperti perawatan kesehatan, juga menyebutkan bahwa kelelahan berlebihan memengaruhi kesehatan mental mereka.

Penelitian dari badan amal kesehatan mental yang berbasis di Inggris, Mind, menunjukkan, orang-orang yang sudah berjuang dengan kesehatan mental mereka sebelum timbulnya pandemi, adalah yang paling terpengaruh oleh pembatasan sosial dan lockdown.

Media sosial dorong konsumsi berita palsu COVID-19?

Lebih dari separuh warga Uni Eropa percaya bahwa mereka telah terpapar disinformasi online, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Komisi Eropa berdasarkan jajak pendapat 2018.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Studi lain menunjukkan pola yang sama. Pandemi mendorong konsumsi penggunaan online dan media sosial pada titik tertinggi sepanjang masa, menurut penelitian oleh Statista, dan sebuah studi di jurnal Science menunjukkan bahwa informasi palsu menjangkau lebih banyak orang daripada informasi faktual di media sosial.

Ini adalah fenomena yang oleh para psikolog disebut "bias negatif". Itu terjadi ketika orang fokus pada apa yang berpotensi berbahaya daripada apa yang bermanfaat.

Dan teorinya adalah bahwa berfokus pada informasi negatif memperburuk gejala depresi, dan hal itu pada gilirannya mendorong kepercayaan lebih lanjut pada informasi palsu.

Dukungan kesehatan mental untuk menjaga hal-hal faktual

Studi ini menunjukkan kepercayaan pada teori konspirasi menarik bagi orang-orang yang kebutuhan psikologis utamanya tidak terpenuhi. Misalnya perasaan bisa mengontrol atas kehidupan seseorang. Misalnya, orang yang merasa tidak berdaya dalam hidup mereka, mungkin menggunakan informasi palsu sebagai cara untuk mengendalikan apa yang mereka yakini.

"Kami pikir rasa percaya pada informasi palsu berkontribusi pada melemahnya rasa aman, menyebabkan perkembangan kecemasan dan depresi," kata Debski.

Namun, menurut Mind, mendukung orang dengan informasi yang dapat dipercaya tentang kesehatan mental itu sendiri akan membantu.

"Kami setiap hari menemukan banyak kesalahpahaman seputar kesehatan mental di media dan online," kata juru bicara Mind, Stephen Buckley. "Mengatasi sikap negatif adalah kunci untuk mengurangi stigma, yang dapat berperan dalam mengatasi isolasi sosial dan potensi kerentanan terhadap berita palsu."

Jadi mendukung orang melewati masalah kesehatan mentalnya, juga dapat membantu mereka membangun kepercayaan pada informasi faktual.

(rs/as)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada