Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Gempa dan Badai Landa Pasifik Utara dan Laut Karibia

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Gempa dan Badai Landa Pasifik Utara dan Laut Karibia
Iklan

Kedatangan topan raksasa, Nanmadol, menempatkan Jepang dalam kewaspadaan tinggi. Sejak Minggu (18/9), topan mulai berjejak di pulau Kyushu di selatan Jepang dan diprediksi akan tiba di ibu kota Tokyo pada Selasa (20/9).

Angin kencang yang disertai hujan lebat menyebabkan terputusnya aliran listrik bagi 300.000 rumah tangga. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mewanti-wanti terhadap daya rusak Nanmadol dan ikut mendesak agar evakuasi secara dini.

Baca Juga:

"Tolong hindari tempat-tempat berbahaya dan segera mengevakuasi diri jika ada sedikitpun bahaya,” kata Perdana Menteri Fumio Kishida, Minggu.

"Akan sangat berbahaya untuk mengungsi pada malam hari. Tolong hanya mengevakuasi jika masih ada terang matahari,” imbuhnya.

JMA mengatakan Nanmadol berpotensi menciptakan kerusakan yang lebih besar dibandingkan Topan Jebi yang melanda pada 2018, atau Topan Hagibis pada 2019 yang menewaskan lebih dari 100 orang dan tercatat sebagai badai terkuat di Jepang sejak beberapa dekade terakhir.

Baca Juga:

"Kita harus mewaspadai hujan lebat, angin kencang, ombak tinggi dan gelombang laut yang besar,” tulis JMA dalam keterangan persnya.

Banjir besar di pesisir Alaska

Di saat pemerintah dan warga Jepang bersiaga penuh, warga di negara bagian Alaska, Amerika Serikat, pada Minggu (18/9), mulai menghitung kerusakan yang ditinggalkan Topan Merbok.

Kerugian ditaksir tinggi, meski siklon yang membawa angin berkecepatan hingga 130 kilometer per jam itu tidak secara langsung menghantam Alaska, melainkan cuma melintas di sepanjang Selat Bering, Jumat (16/9) pakan lalu.

Badai beserta banjir yang dipicu Topan Merbok dikabarkan menyapu kota-kota dan desa terpencil di pesisir Alaska. Akibatnya ribuan bangunan rusak parah. Namun begitu, dibutuhkan waktu beberapa hari sebelum semua kerugian bisa dihitung.

"Pusaran angin yang diciptakan Merbok sedemikian dahsyat, dampaknya diprediksi memicu efek berantai dan mempengaruhi pola cuaca di tempat yang jauh", kata Rick Thoman, pakar iklim di Universitas Alaska Fairbanks.

Dampaknya terutama diperkirakan membawa curah hujan tinggi ke kawasan Kalifornia di selatan yang dilanda kekeringan dan kebakaran hutan.

"Badai ini berskala historis,” kata Thoman. "Dalam sepuluh tahun ke depan, kita akan merujuk badai di bulan September 2022 sebagai sebuah tolok ukur.”

Puerto Rico tenggelam

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Situasi serupa juga terjadi di Puerto Rico, Minggu (18/9), saat Hurikan Fiona melintasi Laut Karibia dalam perjalanan menuju Atlantik Utara.

Angin berkecepatan 137 kilometer per jam yang disertai hujan lebat memadamkan aliran listrik bagi hampir tiga juta penduduk. Badai juga menyebabkan tanah longsor yang memutus akses jalan di sejumlah kawasan.

Pada Senin (19/9), Hurikan Fiona dkabarkan bergerak memasuki Republik Dominika, sebelum melanda perairan barat Kanada pada Sabtu (24/9) mendatang.

Fiona akan dicatat sebagai "bencana besar karena dampaknya memicu banjir di kawasan pegunungan,” tulis Gubernur Puerto Rico, Pedro Pierluisi, lewat akun Twitternya. Dalam lima jam, curah hujan yang turun tercatat setinggi 33 sentimeter.

Gempa menggoyang Taiwan

Hingga Senin (19/9), Taiwan masih digoyang gempa bumi berkekuatan 5,5 skala Richter, yang menyusul serangkaian gempa berskala sedang di kawasan barat daya sejak Sabtu (17/9). Tidak ada bahaya tsunami yang diumumkan.

Gempa terkuat terjadi pada Minggu yang dicatat sebesar 6,9 pada skala Richter. Beberapa gedung dikabarkan rubuh, sementara sejumlah ruas jalan terputus. Setidaknya satu orang meninggal dunia akibat bencana tersebut.

Kerusakan terbesar dikabarkan terjadi di Kota Yuli, di mana 146 warga mengalami luka-luka.

Taiwan sering dilanda gempa bumi yang tidak jarang menimbulkan kerugian besar. Pada 2018 silam, gempa berkekuatan 6,4 skala Richter menghantam kawasan wisata di Hualien dan menewaskan 17 orang.

Bencana terparah terjadi pada September 1999 silam, ketika gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter menewaskan 2.400 orang. Tragedi tersebut tercatat sebagai bencana alam paling mematikan dalam sejarah Taiwan.

rzn/as (ap,rtr,afp)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada