”Hanya sepotong-sepotong (menontonnya) pas tak ada pasien," ujarnya ketika dihubungi Tempo kemarin. Ia mengaku sangat ingin menonton skandal kasus korupsi yang sedang ramai dibicarakan orang itu. "Kasus itu penuh rekayasa," katanya mantap.
Karyawan perusahaan-perusahaan swasta lain di Jakarta juga antusias menyimak siaran langsung itu. Mereka berhenti bekerja untuk mendengarkan rekaman berdurasi 4,5 jam itu. ”Semua orang menonton sidang,” kata Imam Syafganti, 34 tahun, dosen perguruan tinggi swasta di Salemba, Jakarta Pusat.
Suasana meriah dan penuh canda meruap di kantor konsultan public relations Indo Pacific Edelman di gedung Rekapital, Jalan Adityawarman, dekat kantor Mabes Polri. ”Kami seperti menonton dagelan,” kata Fannie Waldhani Christinari, karyawati Indo Pacific. Para karyawan sampai harus menjadikan rekannya sebagai penerjemah untuk sejumlah kalimat bahasa Jawa. “Kami jadi tahu mana yang cicak, mana buaya,” tuturnya.
Shynta Ferdiaz, 30 tahun, karyawati PT Satu Citra Advertising, menonton karena ingin mengetahui isi rekaman yang diduga skenario memperkarakan dua pemimpin nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi, Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah, itu. "Satu ruangan nonton semua.” Karyawan PT Pembangunan Jaya Ancol, Sofia Cakti, juga ikut menonton televisi di kantornya yang biasanya jarang dinyalakan. "Sampai-sampai saya tak makan di kantin.”
Kantor polisi pun ternyata kena demam yang sama. Belasan anggota staf Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya kemarin tampak menonton tiga televisi dengan kanal berbeda di ruang kerja mereka di lantai dua.
MUSTAFA SILALAHI | TITO SIANIPAR| IKA NINGTYAS