Organisasi yang ikut unjuk rasa itu diantaranya Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah, Lembaga Bantuan Hukum Semarang dan Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Semarang, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, para aktivis buruh, dan lain-lain.
Selain berorasi dan menyebarkan surat pernyataan kepada para pengguna jalan, aksi kali ini juga diselingi dengan aksi teaterikal. Digambarkan ada seorang yang kepala dan tangannya diperban warna putih yang dilumuri warna merah seperti darah. Orang itu hanya terkulai di kursi. Orang itu tidak bisa bergarak apa-apa karena tangan dan kakinya diikat di kursi dengan kain warna putih.
Koordinator aksi, Herdrick Rosninar menyatakan aksi teaterikal tersebut menggambarkan masih adanya pengekangan terhadap kebebasan mengeluarkan pendapat bagi para aktivis pemberantas korupsi.
"Meski katanya saat ini zaman reformasi tapi nyatanya masih selalu ada intimidasi yang mengekang kebebasan," ujar aktivis Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Semarang ini.
Sekretaris Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah, Eko Haryanto menyatakan, pihaknya sangat mengecam terhadap insiden yang dialamai aktivis ICW tersebut.
"Kami menduga ini bagian dari serangan balik para koruptor dalam bentuk intimidasi terhadap aktivis antikorupsi," katanya. Namun, kata Eko, pembacokan yang menimpa aktivis ICW tersebut tidak akan menyurutkan langkah para aktivis untuk melawan ancaman para koruptor. "Justru peristiwa ini akan lebih membangikitkan perlawanan kami," kata Eko.
ROFIUDDIN