Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Terpidana kasus korupsi Tanjung Api-api, Yusuf Erwin Faishal, mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi tanpa pengawalan petugas lembaga pemasyarakatan. Dia melenggang sendirian ke mobil pribadinya begitu selesai diperiksa KPK.
“Saya baru saja mendapat asimilasi pihak ketiga,” kata Yusuf di gedung KPK, Jumat (20/8). “Insyaallah November nanti saya bebas.”
Semula Yusuf mengelak dirinya datang tanpa pengawalan. Seorang petugas dari Lembaga Pemasyarakatan Tangerang, kata dia, menunggunya di luar gedung KPK.
Wartawan yang tak percaya Yusuf dijemput mobil petugas terus membuntutinya hingga ke area parkir KPK. Di sana Yusuf kemudian mengeluarkan telepon genggam dan menelepon seseorang. “Di mana?” kata Yusuf kepada seseorang di ujung telepon.
Ternyata yang menjemput Yusuf bukan petugas lembaga pemasyarakatan, melainkan seorang supir. Mobil penjemput juga bukan mobil tahanan melainkan mobil Suzuki Grand Vitara bernomor B 1843 NJA.
Yusuf bergegas melangkah ke dalam mobil dan menolak menjawab cecaran pertanyaan wartawan.
Seseorang yang mendapat asimilasi dalam sehari bisa keluar beberapa jam dari lembaga pemasyaratan dan berbaur dengan masyarakat. Berdasarkan aturan, untuk koruptor asimilasi diberikan apabila terpidana telah menjalani dua pertiga masa hukumannya.
Yusuf dihukum 4,5 tahun penjara oleh Pengadilan Tipikor pada April 2009. Hakim menganggap Yusuf terbukti menerima suap dari pengusaha Chandra Antonio Tan dalam proses alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang, Sumatera Selatan, untuk proyek Pelabuhan Tanjung Api-api.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu juga terbukti menerima suap dari bos PT Masaro Anggoro Widjojo untuk memuluskan anggaran sistem komunikasi radio terpadu di Kementerian Kehutanan dalam mata anggaran 2007.
ANTON SEPTIAN
Iklan
