TEMPO Interaktif, Kupang - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya, minta pos komando (Posko) penanganan bencana yang dibangun di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) propinsi maupun kabupaten/kota siaga selama 24 jam. "Harus stand by setiap saat," kata Lebu Raya, Kamis (21/4).
Desakan gubernur itu dicuatkan menyusul bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah kabupaten di daerah itu sejak dua hari terakhir secara serentak. Seperti di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu, dan Sikka. Musibah tersebut mengakibatkan tiga orang tewas terseret banjir. Dua orang tewas di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu dan satu orang hilang di Kecamatan Kualin, Timor Tengah Selatan.
Posko di kabupaten, menurut gubernur, wajib mengirim laporan ke posko di propinsi mengenai perkembangan bencana. Laporan itu akan ditindaklanjuti petugas di propinsi dengan memberikan penanganan darurat. Pemerintah telah menyiapkan bantuan beras, makanan siap saji, selimut, terpal, dan pakaian. "Kita belum tahu bencana ini sampai kapan, jadi harus waspada," kata dia.
Untuk bencana tanah longsor, pemerintah telah mengirim peralatan berat untuk menyingkirkan material longsoran, seperti yang terjadi di Desa Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang. Namun, pihaknya belum dapat memastikan kerugian yang diakibatkan bencana banjir dan tanah longsor yang melanda NTT karena masih fokus pada penyelamatan korban.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Klas II Lasiana Kupang, Puwanto, mengatakan intensitas hujan di NTT meningkat sampai 88 milimeter (mm) dari sebelumnya 50-60 milimeter. Meningkatnya curah hujan karena dampak dari siklon tropis Errol yang melanda sejak beberapa hari terakhir. Daerah yang masih merasakan dampak badai adalah Pulau Timor bagian barat, Sumba, dan Flores bagian barat.
YOHANES SEO