TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Police Watch menyatakan citra polisi identik dengan kekerasan. Ketua Presidium Neta S. Pane menyayangkan seringnya polisi dalam memperlakukan tahanan secara semena-mena. "Sebenarnya polisi siksa tersangka atau tahanan itu sudah jadi karakter polisi," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 13 Januari 2012.
Menurut Neta, penyebab karakter kekerasan pada polisi adalah rendahnya daya intelektual, karena itu digunakanlah kekerasan. "Sebagai contoh, jika tersangka berkelit, polisi menyiksanya supaya mengaku," kata Neta.
IPW mencontohkan sebuah kejadian pada 2010 di Gorontalo. Ada oknum polisi memaku tangan seorang tersangka saat menyidik suatu perkara. Awalnya, kata Neta, si tersangka dipukul tangannya menggunakan palu, tapi tidak juga mengaku. "Akhirnya tangannya pun dipaku," katanya.
Oknum polisi tersebut akhirnya diproses oleh pihak Propam. Tapi hanya dijatuhi hukuman 12 hari kurungan. Padahal pasal perbuatan penganiayaan hukumannya bisa lima tahun penjara.
Karena itulah Neta menyayangkan rendahnya pendidikan yang diberikan oleh para personel polisi dan lemahnya tingkat pengawasan terhadap penyelewengan tindakan yang dilakukan oknum polisi. Menurutnya, jika hal ini terus dibiarkan, akan melahirkan polisi-polisi yang rendah. "Kalau kami (IPW) menyebutnya polisi monster," ujarnya.
Neta berharap pemerintah membentuk suatu lembaga pengawas independen untuk mengawasi segala bentuk penyimpangan yang dilakukan polisi. "Biar masyarakat tahu ke mana harus melapor kalau menjadi korban penyimpangan polisi, Komponas saja kurang," ujarnya.
Kakak beradik Faisal Akbar, 15 tahun, dan Budri M. Zein, 17, ditemukan tewas di sel tahanan Polsek Sijunjung, Sumatera Barat, 28 Desember 2011 lalu. Kepolisian ngotot keduanya meninggal dunia akibat bunuh diri. Namun pihak keluarga dan LBH Padang meyakini kedua bersaudara itu tewas akibat disiksa polisi.
Pasalnya tim dokter independen yang mengotopsi jasad keduanya menemukan banyaknya luka lebam di badan. Bahkan terdapat luka sayat di kaki Budri. Tim dokter tak menyimpulkan adanya tindak bunuh diri pada kedua jasad.
Namun Mabes Polri melalui Humasnya, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, tetap meyakini keduanya tewas akibat gantung diri. Alasannya, ada kesaksian keduanya berpelukan dan menangis setelah makan siang sebelum keduanya ditemukan tewas.
Menurut Saud, Mabes telah menurunkan tim khusus untuk menyelidiki kematian kakak-adik tersebut. Sebanyak sembilan anggota Polsek Sijunjung menjalani sidang pelanggaran disiplin. Mereka dianggap lalai melakukan penjagaan hingga dua tahanannya tewas.
INDRA WIJAYA
Berita Terkait:
Faisal Mengaku Disiksa Petugas Polsek Sijunjung
Perlu Tim Independen Usut Tewasnya Kakak Adik di Sijunjung
Faisal Mengaku Disiksa Petugas Polsek Sijunjung
Hasil Otopsi: Kakak-Adik di Sijunjung Tak Bunuh Diri