TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan media-media setelah aksi Dewan Adat Dayak yang menolak kedatangan Front Pembela Islam di Palangkaraya dinilai bias, timpang, dan menyudutkan organisasi ini. Walhasil, Ketua Front Pembela Islam Habib Rizieq Syihab memilih untuk tidak bicara sama sekali dengan wartawan.
"Bapak sudah saya bujuk untuk melakukan pembelaan atas pemberitaannya, tapi ia tidak mau," ujar istri Rizieq Syihab, Syarifah, ketika dihubungi Tempo, Kamis, 16 Februari 2012.
Syarifah menuturkan suaminya kesal karena media menyudutkan dia. Rizieq pun merasa, kalau ada pembelaan dirinya beserta FPI, justru akan menjadi pemberitaan yang menjelekkan FPI. Sebab, selama ini, Rizieq kecewa dengan media dan kata-kata pembelaan yang banyak dipotong. Akibatnya, menurut Rizieq, pesan atau jawaban tidak tersampaikan dengan baik. "Bapak jadi merasa apa yang ia ucapkan tidak diterima," ujar Syarifah.
Ketimbang menanggapi media, kata Syarifah, Rizieq memutuskan lebih berkonsentrasi dengan kegiatan mengajar atau berdakwah. Kata Syarifah, Rizieq merasa kegiatan itu lebih berguna dibanding menanggapi wartawan. ”Bapak merasa capek dengan pemberitaan media yang timpang," ujar Syarifah.
Kini, Rizieq dan Front Pembela Islam memilih melakukan pembelaan lewat media Islam saja. Selain lewat media Islam, kata Syarifah, Rizieq akan mengandalkan dakwah karena ia yakin tetap memiliki pendukung setia.
Untuk mempertegas penolakan Rizieq terhadap wartawan, Syarifah berkata, di depan rumahnya di Jalan Petamburan 3, Jakarta Barat, telah terpasang papan peringatan yang bertuliskan bahwa Rizieq tidak menerima wartawan.
Hingga saat ini, Rizieq masih tidak bisa dihubungi. Teleponnya tidak diangkat. Kata ajudannya, Ahmad, Rizieq memang tidak pernah menyalakan telepon genggam saat mengajar.
ISTMAN MP